Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menggenjot produksi berbagai kendaraan peluncur rudal, dan menyebutnya sebagai tugas penting untuk mempersiapkan “pertarungan militer” dengan musuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun Amerika Serikat dan Inggris curiga, rudal dan peluncurnya itu dikirimkan ke Rusia untuk menyerang Ukraina. Bahkan Gedung Putih menyebutkan peluru kendali tersebut sudah dgunakan Moskow untuk melanjutkan invasinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut kantor berita Korea Utara KCNA, Kim saat mengunjungi pabrik pembuat peluncur transporter erector atau TEL, mengatakan bahwa memproduksi berbagai kendaraan untuk senjata taktis dan strategis adalah tugas utama dalam memperkuat pencegahan perang nuklir di negara tersebut
“Menekankan bahwa posisi dan peran pabrik sangat penting…mengingat situasi sulit yang mengharuskan negara untuk lebih siap menghadapi pertarungan militer dengan musuh, dia mengindikasikan tugas yang harus dipenuhi oleh pabrik,” kata KCNA, Jumat, 5 Januari 2023.
Laporan media pemerintah ini muncul beberapa jam setelah Gedung Putih mengatakan pada hari Kamis bahwa Korea Utara baru-baru ini memberi Rusia rudal balistik dan peluncur untuk digunakan dalam perang Moskow melawan Ukraina, yang beberapa di antaranya telah ditembakkan Rusia ke Ukraina.
Washington selama berbulan-bulan menuduh Pyongyang memasok peralatan militer ke Moskow sebagai imbalan atas dukungan teknis Rusia untuk membantu Korea Utara meningkatkan kemampuan militernya.
Korea Utara membantah pihaknya mengirim senjata ke Moskow.
Dalam pertemuan penting partainya pekan lalu, Kim memerintahkan militer negaranya, industri amunisi dan sektor senjata nuklir akan mempercepat persiapan perang, karena ia mengatakan kebijakan AS membuat perang tidak dapat dihindari.
“(Kim) merinci rencana jangka pendek untuk produksi varietas TEL, rencana produksi jangka panjang, dan tugas kapasitas produksi,” kata KCNA.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan kepada wartawan bahwa Amerika Serikat akan membicarakan perkembangan ini dengan Dewan Keamanan PBB.
Kirby menyebut transfer senjata Korea Utara ke Rusia sebagai “eskalasi yang signifikan dan mengkhawatirkan” dan mengatakan Amerika Serikat akan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap mereka yang memfasilitasi kesepakatan senjata tersebut.
“Informasi kami menunjukkan bahwa Republik Demokratik Rakyat Korea baru-baru ini memberi Rusia peluncur rudal balistik dan beberapa rudal balistik,” kata Kirby, menggunakan nama resmi Korea Utara.
Dalam beberapa hari terakhir, katanya, “Pasukan Rusia meluncurkan setidaknya satu dari rudal balistik Korea Utara ke Ukraina,” dan menambahkan bahwa rudal tersebut tampaknya mendarat di lapangan terbuka.
Kirby mengatakan Iran belum mengirimkan rudal balistik jarak dekat ke Rusia, namun Washington yakin Rusia bermaksud membeli sistem rudal dari Iran.
Moskow sangat bergantung pada Iran untuk drone dan persenjataan lainnya untuk digunakan melawan Ukraina.
Rusia baru-baru ini melancarkan beberapa serangan paling intens terhadap Ukraina sejak perang dimulai hampir dua tahun lalu. Kyiv pada hari Selasa mengatakan bahwa Rusia telah meluncurkan lebih dari 300 drone penyerang dan berbagai jenis rudal di kota-kota di seluruh Ukraina sejak Jumat.
Kecaman Inggris
Inggris juga mengecam keputusan Rusia menggunakan rudal balistik yang bersumber dari Korea Utara dalam serangan baru-baru ini terhadap Ukraina.
“Inggris mengecam keras keputusan Rusia yang menggunakan rudal balistik yang bersumber dari Korea Utara dalam serangan baru-baru ini terhadap Ukraina,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris dalam sebuah pernyataan. “Kami mendesak Korea Utara untuk menghentikan pasokan senjatanya ke Rusia.”
Reaksi tersebut menyusul Gedung Putih, mengutip data intelijen yang baru dibuka, yang mengatakan bahwa Korea Utara baru-baru ini memberi Rusia rudal balistik dan peluncur untuk digunakan dalam perang Moskow melawan Ukraina, yang beberapa di antaranya telah ditembakkan Rusia ke Ukraina.
Korea Utara tunduk pada rezim sanksi yang ketat, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris.
“Inggris akan terus bekerja sama dengan mitra-mitranya untuk memastikan bahwa Korea Utara harus membayar mahal karena mendukung perang ilegal Rusia di Ukraina.”
REUTERS