Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kudeta yang tak direstui raja

Usaha kudeta dipimpin jenderal sant chitpatima untuk mengambil alih kekuasaan pm jenderal prem tinsulanonda. kudeta berhasil digagalkan 55 jam kemudian. raja bhumibol abduldej memihak prem. (ln)

11 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG penyiar warta berita di stasiun Saluran 9 televisi Bangkok mendadak ditodong. Laras pistol menyentuh pelipis matanya. Pruet Upathampanont, yang pernah terpilih sebagai penyiar terbaik tahun 1980, Rabu pagi itu betul-betul terjepit. Ia beberapa jam sebelumnya menolak mengumumkan bahwa Dewan Revolusi mengambil alih kekuasaan PM Jenderal Prem Tinsulanonda, Karena ia masih menunggu perintah atasan. Dengan darah mengalir dari pelipis matanya tentu saja, ia tak punya piiihan lain. Berita Dewan Revolusi yang dipimpin Jenderal Sant Chitpatima langsung disiarkannya. Berlangsung tepat 1 April, berita kudeta yang didukung kelompok Young Turk (Perwira Muda) itu ternyata bukan April Mop. Segera PM Prem langsung mengungsi ke istana dan membujuk Raja Bhumibol Adulyadej memihak padanya. Ia ternyata mendapat dukungan raja. Suatu hal luar biasa. Sejak 1973 Muangthai sudah mengalami 4 kali kudeta. Biasanya dalam hal ini Raja Bhumibol tidak pernah mau melibatkan diri. Ia selalu memberikan restu kepada pemerintahan baru setelah kudeta berlangsung: Dan ia mendengarkan berbagai pertimbangan kedua pihak. Tapi kali ini ia secara jelas memihak PM Prem. Raja Bhumibol yang disertai Ratu Sirikit dan Putra Mahkota Vajiralongkorn sengaja meninggalkan Bangkok menuju Korat, beberapa jam setelah Prem berangkat ke sana. Keluarga kerajaan menempati guest house dalam wilayah Markas Besar Divisi II Angkatan Darat. Dan dari Korat itu, sekitar 240 km sebelah timur laut Bangkok, Prem memimpin perlawanan terhadap Dewan Revolusioner yang hanya menguasai ibukota. Dengan keluarga kerajaan bersamanya, Prem sudah menang selangkah. Jenderal Sant Chitpatima, 59 tahun, sebelum menjadi tokoh utama kudeta ini adalah Deputi Panglima Angkatan Darat. Ia adalah orang kepercayaan Prem yang juga menjabat Panglima AD. Tapi Sant rupanya merasa agak kecewa sejak masa jabatan Prem sebagai panglima diperpanjang. Apalagi ia disebut-sebut akan punya jabatan di Markas Besar Angkatan Bersenjata. Prem Tinsulanonda, 60 tahun, seharusnya sudah pensiun dari jabatan militer. Atas desakan orang-orang dekatnya, Prem menyetujui perubahan UU yang memungkinkan ia memperpanjang masa jabatan militernya setahun lagi. Mungkin inilah awal dari keretakan di kalangan AD. Salah satu pendukung utama Prem dalam hal ini adalah Mayjen Athit Kamlang-ek, Komandan Divisi II AD. Sedang keputusan perpanjangan masa jabatan itu melanggar tradisi yang selama ini dihormati tentara Muangthai. Kekecewaan terutama datang dari kelompok perwira muda yang biasa dikenal dengan sebutan Young Turk. Mereka berpandangan Iiberal, berusia sekitar 40-an. Sumber di Bangkok mengatakan bahwa para perwira muda sudah lama menentang jabatan rangkap yang dipegang Prem. Dengan kedudukan Prem sebagai Panglima AD dan sekaligus PM, menurut anggapan mereka, pemerintah akan lebih mudah menjurus ke otoriter. Apalagi oposisi di parlemen tidak begitu kuat. Tentara yang pro Prem konon digerakkan menuju ibukota. Melalui siaran radio, Prem memberikan ultimatum supaya Sant dan pengikutnya menyerah. Memang dia tidak melawan ketika tentara dari Divisi II masuk. Dewan Revolusioner hanya mampu berkuasa selama 55 jam. Prem yang dituduh 'bermoral rendah dan lemah bagaikan wanita' oleh Sant akhirnya merebut Bangkok kembali tanpa pertumpahan darah, 3 April. Sant menghilang. Menurut dugaan, ia masih bersembunyi dl Bangkok. Ada berita menyatakan dia minggat dengan helikopter, dan sedang berusaha mendapat suaka politik dari pemerintah Amerika Serikat. "Para pemberontak tidak akan diperlakukan secara kejam. Bagaimanapun mereka adalah saudara kita sebangsa," kata Prem dalam pidato tevenya pekan lalu, sesudah pulih keadaan. Ia juga menjanjikan akan berlaku adil terhadap mereka yang terlibat. Sebuah komisi pengumpul fakta yang dipimpin Jenderal Saiyud Kerdphol, Kepala Staf Angkatan Bersenjata, akan mulai bekeria. Komisi inilah kelak yang akan membuka tabir, mengapa peristiwa ini harus terjadi dan siapa sebenarnya yang di belakang layar. Sesudah kudeta kali ini gagal, akan adakah kudeta yang lain? Pertanyaan ini mungkin relevan buat Muangthai yang sejak tahun 1932 mengalami lebih dari 30 kali kudeta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus