Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KONVOI enam sedan yang dikawal dua unit mobil polisi tampak melaju meninggalkan pangkalan udara Hickam, Selasa malam pekan silam. Sebuah Cadillac hitam meluncur paling depan, ditumpangi Ferdinand dan Imelda Marcos. Tujuannya: Niu Valley, rumah di tepi pantai Honolulu yang menghadap Samudra Pasifik. Ternyata, pasangan terbuang ini mengungsi diam-diam, karena rumah yang selama hampir satu bulan mereka tempati di Hickam akan dihuni kembali para perwira Amerika. Dalam kata lain, Marcos dan Meldy secara halus telah diusir. Washington memang tetap menjamin pengawalan dinas rahasia untuk mereka, tapi di pihak lain pemerintah AS sibuk membantu Manila dalam upaya mengusut harta Marcos. Ada 2.500 kopi dokumen diserahkan AS kepada Jovito Salonga, yang ditugasi menguber harta Marcos ke Amerika. Menurut Salonga, dokumen itu merupakan segunung bukti, dan "harta Marcos akan kami perkarakan dalam beberapa kasus perdata dan pidana." Ia yakin Filipina bisa mendapatkan kembali realestate dan milik Marcos lainnya dalam tempo tiga tahun. Tapi uang haramnya bisa diperoleh lebih cepat. Mengapa? Pertama karena adanya kejutan dari pemerintah Swiss yang membekukan semua uang Marcos yang tersimpan pada enam bank di sana. Ternyata, perlindungan yang diberikan Swiss untuk harta Syah Iran dan "pencuri terhormat lainnya" tidak berlaku untuk Marcos. "Bank wajib menyalurkan informasi ke pengadilan," demikian pernyataan tertulis yang dikeluarkan komisi pengawas bank di Swiss. "Wewenang bank Swiss untuk mcnyimpan rahasia tidak mutlak . . . dan kami memang tidak melindungi para penjahat. Tapi siapa yang penjahat? Sampai saat ini, Marcos tetap menganggap dirinya presiden Filipina dan menuding pemerintahan Aquino sebagai kediktatoran yang terlalu sederhana dan tunggal nada. "Saya belum mundur," katanya dalam sebuah temu wicara dengan para wartawan di rumahnya di Niu Valley. "Saya ingin bertahan," ucapnya tegar sementara kedua tangannya gemetar. Dalam kesempatan itu, Marcos didampingi Imelda yang mengaku rindu kampung halaman. Mengenakan gaun hijau tua, Meldy sempat menyanyikan sebuah lagu Filipina untuk para tamu dalam upacara peringatan Paskah itu sementara matanya berkaca-kaca. Ruang gerak Marcos semakin sempit, apalagi pemerintah Panama sudah menolak permintaan suakanya dua pekan berselang. Kini ia menyewa sebuah kantor pengacara New York, khusus untuk mengusut masalah "kekebalan kepresidenan" di Amerika. Pers bebas Amerika telah menghunjamkan serangan bertubi-tubi kepadanya dan Imelda. Dalam pandangan pers Amerika, kekayaan bekas presiden Filipina itu -- nilainya berkisar US$ 3-10 milyar -- dan cara mengumpulkannya mirip perampokan yang amat terencana. Menurut surat kabar berpengaruh The New York Times, perampokan itu sudah dimulai sekitar 1965, tahun pertama Marcos berkuasa. Berdasarkan dokumen yang diperoleh harian itu dari pemerintah Filipina, pembelian gedung mewah di AS sudah dilakukan Marcos pada tahun 1967. Waktu itu Imelda, dengan nama samaran, punya simpanan US$ 272.437 di salah satu bank di sana. Dan tahun 1970 kupu-kupu besi ini dibekali US$ 350.000 untuk perjalanan ke luar negeri. Antara tahun 1984 dan 1985, Imelda kabarnya menggelapkan US$ 70 juta dari dana sebesar US$ 81,3 juta yang disumbangkan pemerintah AS bagi rakyat Filipina. Jika benar, berarti pasangan Marcos juga merampok uang rakyat Amerika. Kalau begini, bagaimana pers Amerika bisa tinggal diam? Isma Sawitri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo