Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara meluncurkan rudal balistik jarak jauh antarbenua (ICBM) Hwasong-15 ke laut lepas pantai barat Jepang pada hari Sabtu, 18 Februari 2023, sebagai peringatan pada Korea Selatan dan Amerika Serikat yang berencana melakukan latihan perang gabungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penembakan rudal pertama Korea Utara sejak 1 Januari terjadi setelah Pyongyang pada hari Jumat mengancam akan memberikan tanggapan yang "tegas dan kuat" ketika Korea Selatan dan Amerika Serikat bersiap untuk latihan militer tahunan sebagai bagian dari upaya menangkis ancaman nuklir dan rudal yang meningkat dari Korea Utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tokyo mengatakan rudal itu jatuh ke perairan di dalam zona ekonomi eksklusif Jepang lebih dari satu jam setelah diluncurkan, menunjukkan senjata itu adalah salah satu rudal terbesar Pyongyang.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan rudal itu tampaknya kelas ICBM, mengacu pada rudal balistik antarbenua. Dia mengatakan dalam pengarahan bahwa Jepang mengutuk keras peluncuran tersebut, menyebutnya sebagai ancaman bagi komunitas internasional.
Rudal hari Sabtu diluncurkan dari daerah Sunan dekat Pyongyang, kata militer Korea Selatan. Sunan adalah situs Bandara Internasional Pyongyang, tempat Korea Utara melakukan sebagian besar tes ICBM baru-baru ini.
Apa Itu Rudal Antarbenua?
Rudal balistik merupakan sistem peluru kendali yang membawa bahan peledak mengandung bahan kimia berbahaya, termasuk nuklir, seperti dikutip dari Britannica. Mengutip How Stuff Works, semua rudal balistik jarak jauh membawa daya ledak nuklir.
Bagian hulu ledak nuklir itu sangat berbahaya karena daya rusaknya bisa melebihi bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima ketika Perang Dunia II. Lintasan balistik membuat arah rudal yang sudah diluncurkan tak bisa diubah. Rudal balistik yang sudah diluncurkan hanya ditentukan kecepatan dan gaya gravitasi ke permukaan Bumi.
Rudal balistik bisa diluncurkan dari pesawat, kapal, kapal selam, dan tempat peluncuran khusus. Ketika diluncurkan, rudal balistik menempuh jarak yang cukup jauh.
Pada November 2017, Korea Utara menguji Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) alias Peluru Kendali Balistik antarbenua. Rudal yang dinamai Hwasong-15 itu bisa mencapai ketinggian hingga 4.500 kilometer.
Daya jelajah terbang terbang sekitar 950 kilometer sebelum mendarat di lepas pantai Jepang. Beberapa analis memperkirakan Hwasong-15 memiliki potensi jangkauan hingga 13.000 kilometer.
Jika Hwasong-15 diluncurkan di lintasan yang datar, rudal itu diperkirakan mencapai Amerika Serikat. Itu sebabnya dinamai rudal balistik antarbenua karena jarak tempuhnya yang sangat jauh.
Hal senada juga dikatakan Menteri Pertahanan Yasukazu Hamada bahwa rudal itu tampaknya memiliki jangkauan lebih dari 14.000 km, cukup untuk mencapai daratan AS. Tokyo mengatakan tidak ada laporan kerusakan kapal atau pesawat.
Rand Corporation menjelaskan rudal balistik biasanya digunakan untuk keperluan perang. Penggunaan rudal balistik mengakibatkan ancaman lingkungan dan keamanan global.
Sebelumnya, Korea Utara menembakkan rudal dalam jumlah yang sangat banyak tahun lalu, termasuk ICBM yang mampu menyerang di mana saja di Amerika Serikat, sambil melanjutkan persiapan untuk uji coba nuklir pertamanya sejak 2017.
Selain itu, Pyongyang juga membentuk unit militer yang bertugas mengoperasikan ICBM baru, sejalan dengan restrukturisasi militernya baru-baru ini, menurut rekaman video media pemerintah dari parade 9 Februari. Parade itu menampilkan lebih banyak ICBM daripada sebelumnya, termasuk kemungkinan senjata berbahan bakar padat baru, yang dapat membantu Korut mengerahkan misilnya lebih cepat jika terjadi perang.
REUTERS | NAUFAL RIDHWAN ALY