Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Berita Tempo Plus

Apa yang Bisa Dilakukan Parlemen ASEAN untuk Menghentikan Krisis Myanmar?

Sidang Umum Majelis Antar-Parlemen ASEAN mengangkat masalah Myanmar. Ada keterbatasan peran mereka sebagai anggota parlemen.

20 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Pertemuan sejumlah perwakilan negara negara ASEAN dalam Pembukaan AIPA di Jakarta, 7 Agustus 2023. Dok. AIPA 44 Secretariat
Perbesar
Pertemuan sejumlah perwakilan negara negara ASEAN dalam Pembukaan AIPA di Jakarta, 7 Agustus 2023. Dok. AIPA 44 Secretariat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Sidang umum Majelis Antar-Parlemen ASEAN (AIPA) mengangkat isu Myanmar.

  • Majelis ini berencana membentuk tim pemantau yang berkunjung ke Myanmar.

  • Ada keterbatasan peran mereka sebagai anggota parlemen.

SIDANG umum Majelis Antar-Parlemen ASEAN (AIPA) di aula Hotel Fairmont Jakarta itu berakhir setelah Puan Maharani, Presiden AIPA dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI, mengetuk palu sidang tiga kali pada Rabu, 9 Agustus lalu. Puan lalu menyerahkan palu sidang kepada Xaysomphone Phomvihane, Presiden Majelis Nasional Laos, sebagai simbol penyerahan kursi kepresidenan AIPA kepada Laos.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Abdul Manan berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Desakan Legislator untuk Myanmar"

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus