Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Perundingan Gencatan Senjata Israel Hamas: Hari Pertama Israel Tidak Kirim Utusan

Hari pertama dalam perundingan gencatan senjata bertahap dengan Israel. Israel belum mengirim delegasi ke perundingan hari kedua di Kairo

6 Maret 2024 | 08.37 WIB

Kendaraan melaju di jalan di sebelah lokasi pembangunan gedung pencakar langit Menara Ikonik di Kawasan Pusat Bisnis (CBD), yang sedang dibangun oleh China State Construction Engineering Corp (CSCEC) di Ibu Kota Administratif Baru (NAC) sebelah timur Kairo, Mesir 15 Januari 2023. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh/File Foto
Perbesar
Kendaraan melaju di jalan di sebelah lokasi pembangunan gedung pencakar langit Menara Ikonik di Kawasan Pusat Bisnis (CBD), yang sedang dibangun oleh China State Construction Engineering Corp (CSCEC) di Ibu Kota Administratif Baru (NAC) sebelah timur Kairo, Mesir 15 Januari 2023. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh/File Foto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Delegasi Hamas dan pihak penengah tengah merencanakan perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza, hal ini ditandai dari berakhirnya perundingan hari pertama mereka di Kairo.

Kesepakatan ini akan menjadi gencatan senjata pertama yang diperpanjang dalam pertempuran itu, setelah gencatan senjata selama satu minggu pada akhir November lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Delegasi Hamas telah berada di Kairo, Mesir, sejak Minggu, 3 Maret 2024, untuk membahas kemungkinan gencatan senjata yang akan berlangsung selama beberapa minggu dalam perang melawan Israel yang sudah berlangsung lebih dari lima bulan di Gaza. Hamas hadir meskipun menurut pemberitaan awal di media Israel kemarin, pihak Israel menolak mengirimkan delegasi untuk perundingan kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir The Guardian, para pejabat AS mengatakan bahwa Israel "kurang lebih" telah menerima perjanjian gencatan senjata selama enam minggu, yang dikonfirmasi oleh John Kirby, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih. Kesepakatan itu akan mencakup gencatan senjata selama enam minggu dan dimulai dengan pembebasan sandera orang sakit, lanjut usia, dan perempuan.

Perjanjian tersebut, dinukil dari Reuters, merupakan gencatan senjata pertama yang diperpanjang dalam pertempuran tersebut, setelah gencatan senjata selama seminggu pada akhir November. Berdasarkan ketentuan yang diusulkan, puluhan dari sekitar 100 sandera yang masih ditahan oleh Hamas akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan ratusan warga Palestina yang ditahan oleh Israel.

Namun ketika delegasi Hamas tiba di Kairo, seorang pejabat Palestina mengatakan kepada media Reuters bahwa “belum ada kesepakatan yang dicapai.” Selain itu, belum ada konfirmasi resmi bahwa Israel tidak mengirimkan delegasi ke perundingan tersebut. Israel menolak memberi komentar secara terbuka mengenai perundingan di Kairo, termasuk keputusannya untuk tidak mengirim delegasi.

Israel dilaporkan menuntut agar Hamas segera merilis daftar lengkap sandera yang masih hidup. Hamas sejauh ini menolak tuntutan Israel karena dianggap terlalu dini. Perjanjian tersebut juga gagal memenuhi tuntutan Hamas untuk mengakhiri perang secara permanen. Hal ini menyisakan nasib lebih dari separuh 100 sandera yang tersisa, termasuk pria Israel yang tidak tercakup dalam persyaratan pembebasan perempuan, anak-anak, orang tua, dan yang terluka.

Israel telah berjanji untuk mengakhiri ancaman serangan baru Hamas seperti serangan teror 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang. Sementara serangan balasan Israel sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 30.000 warga Palestina di Gaza, sekitar 70 persen di antaranya adalah wanita dan anak-anak.

Jika gencatan senjata disepakati akan menyebabkan lonjakan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina yang kelaparan di Gaza. Pertempuran akan berhenti pada waktunya untuk mencegah serangan besar-besaran Israel yang direncanakan di Rafah, di mana lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Gaza dikurung di pagar perbatasan selatan yang berbatasan dengan Mesir.

Sebab ditandai dengan laporan dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza yang dikelola Hamas, mengatakan sedikitnya 16 anak meninggal dalam beberapa hari terakhir karena kekurangan gizi akibat “kelaparan akut yang meluas” di wilayah utara.

Negosiasi diperkirakan akan terus berlanjut, tetapi laporan tersebut tidak menyebutkan isi atau kemajuan spesifik dari negosiasi tersebut. Perundingan itu juga tidak menjawab nasib lebih dari separuh sandera yang tersisa, di mana warga laki-laki Israel tidak termasuk dalam kesepakatan tersebut dan juga kesepakatan-kesepakatan sebelumnya yang mengatur soal pembebasan perempuan, anak-anak, orang tua dan sandera yang terluka.

Israel menegaskan tidak akan mengakhiri perang sampai Hamas diberantas. Sebaliknya, Hamas mengatakan tidak akan membebaskan semua sandera tanpa adanya kesepakatan untuk mengakhiri perang. Bagaimana nasib kelanjutan perundingan gencatan senjata?

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus