Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan Rusia mengkonfirmasi sebuah pesawat militer Ilyushin II-20, yang beroperasi di Laut Mediterania, hilang kontak dengan menara pengawas lalu lintas udara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
“Komunikasi dengan kru dari pesawat Rusia Ilyushin II-20 hilang saat sedang terbang di atas Laut Mediterania, sekitar 35 kilometer dari pantai Suriah dalam perjalanan balik ke pangkalan udara Hmeymim,” begitu dilansir media Express pada Selasa, 18 September 2018 waktu setempat.
Saat ini tim pencari dan penyelamat atau search and rescue sedang dalam pencarian pesawat terbang itu. Menurut sumber militer, Provinsi Latakia dia menjadi sasaran serangan rudal yang datang dari atas Laut Mediterania.
Kantor berita Suriah, SANA, melansir institusi teknik industri di Kota Latakia menjadi sasaran serangan itu. Namun, media itu juga menyatakan belum mengetahui siapa pelaku serangan rudal.
Radar Rusia dilaporkan mendeteksi adanya peluncuran rudal dari kapal frigate Prancis yaitu Auvergne.
Namun, seorang pejabat AS mengatakan pesawat terbang patroli maritim milik Rusia itu tertembak jatuh oleh pasukan Suriah.Itu terjadi ketika militer Suriah berusaha mencegat serangan rudal Israel.
Baca:
Serangan di Latakia terjadi sehari setelah pemimpin Rusia dan Turki menyepakati pendirian Zona Demiliterisasi di Provinsi Idlib. Ini merupakan wilayah besar terakhiryang masih dikuasai pasukan oposisi pemberontak, yang melawan Presiden Bashar al-Assad.
Zona Demiliteriasi ini bakal berdiri pada 15 Oktober 2018 dan mencakup luas sekitar 9—12 mil atau sekitar 15 – 19 kilometer.
Awalnya pasukan koalisi Suriah yang didukung Rusia dan Iran berusaha menguasai Provinsi Idlib, yang terletak di barat laut Suriah dan berbatasan dengan Turki.
Baca:
Namun, seperti dilansir Reuters, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mendesak agar serangam militer terhadap Idlib dihentikan karena bisa menimbulkan banyak korban jiwa warga setempat, yang berjumlah sekitar 3 juta warga.
Kesepakatan Rusia dan Turki ini membuat rencanan serangan militer besar-besaran ke Idlib tertunda hingga waktu yang belum ditentukan. Pejabat PBB mengatakan ada sekitar 30 ribu warga Idlib telah melarikan diri setelah terjadinya beberapa kali serangan udara jet tempur Rusia dan helikopter Suriah di kawasan selatan dan utara Idlib.