Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu pada Senin, 21 Oktober 2024, memperingatkan Lebanon bisa lumpuh dan terperosok dalam perang sipil. Negara Timur Tengah itu sekarang telah menjadi medan pertempuran antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah dalam beberapa pekan terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lebanon adalah negara yang pernah dipimpin Prancis pada abad ke-21. Dalam sebuah wawancara dengan LCI news channel, Lecornu mengatakan gencatan senjata di Lebanon diperlukan bagi keamanan kolektif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Israel dan Hizbullah secara sporadis saling baku tembak sejak serangan 7 Oktober 2023. Serangan Hizbullah itu untuk membalas serangan Israel ke Gaza. Israel telah meningkat kampanye militernya melawan Hizbullah sejak September 2024 dengan melancarkan operasi Northern Arrows untuk menyerang anggota Hizbullah yang bersembunyi di selatan Lebanon.
Data PBB memperlihatkan satu juga warga Lebanon dipaksa meninggalkan tempat tinggal mereka di Lebanon untuk berlindung. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan sekitar 2.500 orang tewas dalam serangan Israel ke Lebanon per Sabtu, 19 Oktober 2024.
“Posisi kami saat ini didorong oleh ketakutan perang saudara yang akan segera terjadi di Lebanon. Anda bisa melihat keruntuhan yang lebih dalam dari sebelumnya,” kata Lecornu.
Pada awal bulan ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan pada Amerika Serikat dan Uni Eropa agar berhenti mengirimkan senjata ke Israel. Macron menekankan perlunya sebuah solusi politik untuk mengakhiri krisis di Timur Tengah dan memperingatkan kalau Lebanon bisa berubah seperti Gaza.
Prancis akan menjadi tuan rumah konferensi yang membahas ketegangan di Lebanon pada Kamis, 24 Oktober 2024, di Paris. Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan konferensi ini ditujukan menggalang dukungan internasional untuk masyarakat Lebanon lewat bantuan darurat dan mencari cara mendukung sejumlah institusi di Lebanon khususnya dalam persenjataan. Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati telah memperlihatkan sinyalemen dalam konferensi itu nanti bahwa negaranya membutuhkan bantuan keamanan atau apapun terkait kemiliteran dan pasukan keamanan internal.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Kopi Indonesia Jadi Primadona Dunia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini