Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jenewa – Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengatakan negaranya siap untuk melakukan negosiasi yang adil. Namun, ini tidak berarti negaranya akan menyerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rouhani mengatakan ini sebagai isyarat terhadap permintaan Amerika Serikat untuk berunding mengenai program nuklir dan rudal balistik Iran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sepanjang saya memiliki tanggung jawab untuk tugas eksekutif negara, kami sangat siap untuk melakukan negosiasi yang adil, legal, dan jujur untuk menyelesaikan masalah,” kata Rouhani seperti dilansir di situs pemerintah Iran dan dikutip Reuters pada Rabu, 24 Juli 2019.
Rouhani juga mengatakan,”Pada saat yang sama kami juga tidak siap untuk duduk di meja perundingan lalu menyerah atas nama negosiasi.”
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, seperti dilansir Jerusalem Post, menarik negaranya keluar dari Perjanjian Nuklir Iran 2015.
Perjanjian nuklir yang disebut sebagai Joint Comprehensive Plan of Action ini didukung oleh Inggris, Prancis, Jerman, Uni Eropa, dan Rusia serta Cina.
Seperti dilansir Aljazeera, AS mendukung perjanjian ini pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama. Trump menginginkan perjanjian baru nuklir yang juga melibatkan pengaturan rudal balistik Iran.
Trump menawarkan perundingan baru kepada Iran. Namun pada saat yang sama, Trump juga mengenakan berbagai sanksi ekonomi seperti pelarangan pembelian minyak mentah Iran dan penggunaan dolar dalam transaksi ekspor dan impor oleh Teheran.
Iran mengatakan siap bernegosiasi jika sanksi ekonomi di cabut terlebih dulu. Teheran juga meminta Trump mendukung perjanjian JCPOA dalam proses negosiasi.
“Kami selalu percaya dengan pembicaraan. Jika mereka mencabut sanksi, mengakhiri tekanan ekonomi, dan kembali ke perjanjian nuklir, kami siap berbicara dengan Amerika hari ini, saat ini, dan dimanapun,” kata Rouhani seperti dilansir situs Foreign Policy.
Iran telah membuka kembali fasilitas UF6 di provinsi tengah Isfahan yang ditutup pada 2009 karena kurangnya "kue kuning", bahan baku yang digunakan untuk pengayaan nuklir.[Tehrantimes]
Hubungan AS dan Iran sempat menegang saat Trump mengirim kapal induk ke kawasan Teluk. Militer Iran lalu menembak jatuh drone canggih Global Hawk, yang nyaris memicu serangan balasan AS.
Belakangan, kapal tanker milik Iran Grace 1 ditahan angkatan laut Inggris. Iran menuding Amerika menekan Inggris akan menahan kapal tankernya. Pasukan Garda Revolusi Iran lalu menahan satu kapal tanker Stena Imperio milik Iran di Selat Hormuz beberapa hari lalu. Inggris dan Iran saling meminta satu sama lain melepas kapal tankernya.