Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

Seorang pria di Jerman mendapat suntikan Vaksin Covid-19 sebanyak 217 kali dalam waktu 29 bulan.

7 Maret 2024 | 11.50 WIB

Tenaga kesehatan menyiapkan vaksin Inavac atau yang dikenal sebagai Vaksin Merah Putih merupakan vaksin COVID-19 di RSUD Tarakan, Jakarta, Rabu 20 Desember 2023. Dinas Kesehatan DKI Jakarta memprediksi kenaikan kasus Covid-19 bakal terjadi sampai dua pekan ke depan atau bertepatan dengan libur Natal dan Tahun Baru. Sebagai langkah antisipasi, Dinas Kesehatan DKI akan terus memantau perkembangan kasus hariannya. Pemerintah fokus mengimbau dan menyediakan vaksinasi dan pemeriksaan PCR gratis. Utamanya, untuk segera melengkapi vaksinasi booster ke-4 dan deteksi dini Covid-19 bagi kelompok rentan. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Tenaga kesehatan menyiapkan vaksin Inavac atau yang dikenal sebagai Vaksin Merah Putih merupakan vaksin COVID-19 di RSUD Tarakan, Jakarta, Rabu 20 Desember 2023. Dinas Kesehatan DKI Jakarta memprediksi kenaikan kasus Covid-19 bakal terjadi sampai dua pekan ke depan atau bertepatan dengan libur Natal dan Tahun Baru. Sebagai langkah antisipasi, Dinas Kesehatan DKI akan terus memantau perkembangan kasus hariannya. Pemerintah fokus mengimbau dan menyediakan vaksinasi dan pemeriksaan PCR gratis. Utamanya, untuk segera melengkapi vaksinasi booster ke-4 dan deteksi dini Covid-19 bagi kelompok rentan. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria Jerman dengan sengaja mendapatkan vaksinasi COVID-19 sebanyak 217 kali. Menurut para peneliti, ia kemungkinan pria yang telah menerima paling banyak vaksinasi dalam sejarah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Pria ini tidak melaporkan efek samping apa pun dari banyak suntikan vaksin Covid-19 yang diterimanya. Sistem kekebalan tubuh pria berusia 62 tahun dari kota Magdeburg di Jerman tengah yang belum disebutkan namanya, masih berfungsi dengan baik, kata para peneliti dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para peneliti mengatakan pria tersebut secara sukarela menerima begitu banyak suntikan yang bertentangan dengan semua saran medis. Namun para peneliti memperingatkan agar tidak mengambil kesimpulan yang terlalu jauh dari satu kasus ini.

Pria tersebut pertama kali menjadi perhatian para peneliti pimpinan Jerman karena laporan berita pada tahun 2022, ketika dia menerima 90 suntikan. Laporan media saat itu menyebutkan pria tersebut diduga mendapatkan begitu banyak dosis untuk mengumpulkan kartu vaksinasi yang sudah lengkap, yang kemudian dapat dipalsukan dan dijual kepada orang-orang yang tidak ingin divaksinasi.

Jaksa penuntut umum di Magdeburg membuka penyelidikan atas tuduhan penipuan atas kasus tersebut. Tidak ada ada tuntutan pidana yang diajukan, menurut makalah ilmiah yang diterbitkan awal pekan ini. Jaksa mengumpulkan bukti 130 vaksinasi selama sembilan bulan.

Pria tersebut mengklaim telah menerima 217 dosis vaksin dari delapan vaksin COVID-19 yang berbeda, termasuk semua versi mRNA, selama 29 bulan.

Kilian Schober, ahli virologi di Universitas Erlangen-Nuremberg Jerman dan rekan penulis penelitian, mengatakan bahwa ketika mereka menghubungi pria tersebut, dia sangat tertarik untuk menjalani serangkaian tes untuk mengetahui dampak dari begitu banyak vaksinasi. Kasus ini memberikan para peneliti kesempatan yang sangat langka untuk mempelajari apa yang dikenal sebagai “hiper-vaksinasi”.

Beberapa ilmuwan berteori bahwa setelah menerima begitu banyak vaksinasi, sel kekebalan tubuh akan menjadi kurang efektif karena sudah terbiasa dengan antigen. Namun hal itu tidak terjadi pada pria Jerman, menurut temuan para peneliti.

"Faktanya ia memiliki konsentrasi sel kekebalan dan antibodi terhadap virus COVID-19 yang jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang terdiri dari tiga orang yang menerima tiga vaksinasi yang direkomendasikan," kata penelitian tersebut.

Tubuh pria itu juga tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan akibat semua vaksinasi tersebut. Suntikannya yang ke-217 masih meningkatkan jumlah antibodi terhadap COVID-19, demikian temuan para peneliti.

Pria tersebut melaporkan bahwa dia tidak pernah mengalami efek samping terkait vaksin apa pun dari 217 suntikan tersebut. Dia juga tidak pernah dinyatakan positif COVID-19 dan tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi di masa lalu, kata para peneliti.

Namun mereka memperingatkan agar tidak menyimpulkan apapun dari pengalaman pria tersebut. “Sudah jelas bahwa kami tidak mendukung hipervaksinasi,” tulis Schober di X, sebelumnya Twitter.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus