Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Reality Show Kencan Booming di Korea Selatan, Kenapa Tidak dalam Kehidupan Nyata?

Acara reality show tentang kencan di TV Korea Selatan booming, namun dalam kehidupan nyata, minat kalangan muda terhadap hubungan asmara sangat rendah

6 Maret 2023 | 10.40 WIB

Choi Seo-eun, peserta Single's Inferno 2 berswafoto dengan para penggemarnya saat acara jumpa penggemar di Seoul, Korea Selatan, 11 Februari 2023. REUTERS/Soo-hyeon Kim
Perbesar
Choi Seo-eun, peserta Single's Inferno 2 berswafoto dengan para penggemarnya saat acara jumpa penggemar di Seoul, Korea Selatan, 11 Februari 2023. REUTERS/Soo-hyeon Kim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Acara reality show tentang kencan di televisi Korea Selatan sedang booming.Tak kurang 20 acara semacam itu ditayangkan di seluruh jaringan TV kabel dan platform streaming video negara itu tahun lalu, lebih dari tiga kali lipat jumlahnya daripada 2021, demikian laporan Reuters, Senin, 6 Maret 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Namun dalam kehidupan nyata, minat kalangan muda terhadap hubungan asmara tidak pernah lebih besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada banyak sekali acara perjodohan di antara lajang muda, tetapi juga, terutama, semakin banyak yang menyoroti meningkatnya penerimaan Korea Selatan terhadap hubungan non-tradisional yang tidak berputar di sekitar pernikahan dan memulai sebuah keluarga.
 
Acara-acara seperti "Living Together without Marriage", misalnya, berfokus pada pasangan yang memilih untuk tidak menikah dan "His Man" adalah salah satu dari dua acara yang menampilkan orang-orang LGBTQ. Acara lain menyoroti orang bercerai yang mencari cinta lagi.

Cinta kandas dan patah hati - makanan abadi untuk konten TV di sebagian besar budaya - memiliki bobot khusus di Korea Selatan. Di sini, popularitas pernikahan serta antusiasme menjadi orang tua telah menukik tajam. Ketidaksetaraan gender yang tajam dan tingginya biaya membesarkan anak seringkali jadi kambing hitam.

Kim Jin, kepala produser "Living Together without Marriage", mengatakan acara tersebut, yang tayang perdana pada bulan Januari, tidak bermaksud menganjurkan hidup bersama di luar nikah atau mencegah pernikahan, tetapi memicu perdebatan.

"Dengan menampilkan gaya hidup pasangan ini dan alasan di balik keputusan mereka, kami ingin mengangkat topik ini ke masyarakat," katanya kepada Reuters.

Sementara statistik resmi tentang jumlah mereka tidak tersedia, pasangan yang di sini disebut kumpul kebo atau hidup bersama tanpa menikah, tidak lagi menimbulkan keheranan di Korea Selatan. Konon, memiliki anak di luar nikah adalah langkah yang hanya dipikirkan oleh sedikit orang Korea.

Tak ingin punya anak
 
Menikah atau tidak menjadi sumber ketegangan bagi Cho Sung-ho dan Lee Sang-mi, pasangan yang sudah lebih dari 10 tahun hidup bersama.

Bagi Lee yang berusia 32 tahun, seorang model, keputusan untuk hidup bersama tanpa menikah adalah pilihan yang disengaja untuk tidak terikat oleh tradisi. Dia tidak ingin memiliki anak, mengatakan bahwa "kenyataannya mustahil" untuk menjadi ibu yang baik dan tetap setia pada dirinya sendiri.

"Saya paling nyaman dengan keadaan sekarang, dan tidak mengerti mengapa saya harus menikah dan memiliki lebih banyak kewajiban seperti mengunjungi kedua pasang orang tua di musim liburan," kata Lee.

Cho, juga berusia 32 tahun, masih berharap untuk menikah dan memiliki anak, meskipun mantan idola K-pop yang beralih menjadi YouTuber ini mengatakan dia memahami keengganan Lee mengingat wanita biasanya menanggung beban lebih besar dalam mengasuh anak.

Ketidakpuasan Korea Selatan terhadap pernikahan dan memiliki anak digarisbawahi oleh statistik yang suram: jumlah pasangan baru menikah turun 23% dalam lima tahun terakhir dan negara tersebut  memiliki tingkat kesuburan terendah di dunia.

Dan sementara reality show percintaan mungkin menjadi hal yang populer, sejumlah besar orang Korea juga tampaknya siap untuk menghindari hubungan sama sekali.

Menurut sebuah survei terhadap sekitar 1.000 orang tahun lalu oleh Asosiasi Penduduk, Kesehatan dan Kesejahteraan Korea, sekitar dua pertiga orang lajang berusia antara 19 dan 34 tahun tidak menjalin hubungan. Dari jumlah tersebut, 61% wanita dan 48% pria mengatakan mereka tidak memiliki keinginan untuk mencari pacar di masa depan.

Acara seperti "Living Together without Marriage" menggambarkan bagaimana Korea Selatan merangkul keragaman dalam hubungan dengan cara yang lebih dekat dengan masyarakat Barat, tetapi acara tersebut juga masih sangat berbeda dari produk  Barat serupa.

Sebagian besar memiliki sedikit konflik dan amukan. Meskipun menggoda atau berpelukan ditayangkan, namun ciuman dan seks tidak ada. Bahkan di acara kencan seperti hit Netflix "Single's Inferno" yang membawa anak muda ke pulau terpencil, sebagian besar konten acara berkisar pada percakapan panjang antara peserta.

Percakapan di dalam dan seputar acara kencan dan hubungan, sangat baik untuk Korea Selatan, kata Lim Myung-ho, seorang profesor psikologi di Dankook University.

“Pemerintah dan masyarakat sangat perlu melakukan upaya untuk menumbuhkan sikap yang lebih positif terhadap pacaran dan pernikahan dan reality show ini dapat membantu untuk itu,” ujarnya.

REUTERS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus