Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Rusia, Ahad, 8 April 2018, mengatakan laporan serangan gas di Suriah dibuat-buat. Dan, setiap aksi militer yang dilakukan berdasarkan alasan yang diciptakan dan dibuat-buat dapat menimbulkan konsekuensi berat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Penyebaran cerita gadungan tentang penggunaan klorin dan zat beracun lainnya oleh pasukan pemerintah Suriah terus berlanjut," bunyi pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Rusia seperti dikutip Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pekerja medis memberikan oksigen kepada bayi melalui respirator setelah dugaan serangan gas beracun di Douma, Ghouta timur, Suriah, 8 April 2018. Serangan gas beracun ini terjadi di sebuah kota yang dikuasai pemberontak di dekat ibu kota. AP/White Helmet
"Kami mengingatkan berkali-kali terhadap bahayanya provokasi. Ini sebuah spekulasi menyesatkan, tidak memiliki landasan apa pun."
Sebuah kabar dilansir oleh beberapa media, termasuk Al Jazeera menyebutkan, telah terjadi serangan gas beracun dan bahan kimia ke Douma, Suriah, pada Sabtu, 7 April 2018, menewaskan sedikitnya 70 orang.Seorang balita diberi oksigen melalui respirator setelah diduga terkena serangan gas beracun di kota yang dipegang oposisi di Douma, di Ghouta timur, Suriah, 8 April 2018. Sebagian pasien mengalami kesulitan bernapas merasa mata mereka terbakar. AP/White Helmet
"Sebanyak 70 orang tewas lemas dan ratusan lainnya tercekik akibat gas beracun," kata Raed al-Saleh, Kepala Helm Putih, kepada Al Jazeera. "Kemungkinan jumlah korban tewas bertambah karena banyak yang kondisinya kritis."
Amerika Serikat mendesak dunia internasional bertindak jika laporan yang terjadi di Suriah itu benar terjadi. Rusia adalah negara sekutu Suriah selain Iran.