Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Sejarah Mulainya Garis Pemisah 38 Alias DMZ, Panmunjom Antara Korsel Dan Korut

Perang Korea yang membara sejak 70 tahun silam menyisakan banyak hal, diantaranya garis Pemisah 38 atau DMZ, Panmunjom.

16 Agustus 2022 | 07.00 WIB

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjabat tangan di desa gencatan senjata Panmunjom di dalam zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, Korea Selatan, 27 April 2018. [Kolam/Kolam Pers KTT Korea via Reuters]
Perbesar
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjabat tangan di desa gencatan senjata Panmunjom di dalam zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, Korea Selatan, 27 April 2018. [Kolam/Kolam Pers KTT Korea via Reuters]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Konflik antara dua negara Korea yang bermula sekitar 70 tahun lalu menyisakan banyak sejarah untuk dikisahkan, termasuk garis pemisah Zona Demiliterisasi alias DMZ, Panmunjom.

Perang Korea tersebut juga memberikan garis paralel sebagai pemisah Korea Selatan dan Korea Utara.

Sejarah DMZ

Sebagaimana dikutip dari jurnal Universitas Islam Negeri Jakarta, Sejarah Zona Demiliterisasi (Demilitarized Zone) bermula pada 1945. Kala Jepang menyerah kepada Amerika Serikat (AS) dan Sekutu. Wilayah pendudukan poros dibagi-bagi menjadi wilayah perwalian negara anggota Sekutu, termasuk Semenanjung Korea. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Semenanjung Korea dibagi menjadi 2 (dua) wilayah, Utara dan Selatan. Utara merupakan wilayah perwalian di bawah Uni Soviet yang berideologikan komunis, sedangkan wilayah selatan merupakan perwalian AS dengan dengan ideologi nasionalis liberal. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Puncak persaingan komunis yang didukung oleh Uni Soviet dan nasionalis yang didukung oleh AS ditandai dengan berdirinya Republik Korea di Selatan pada 15 Agustus 1948, dengan ibukota Seoul oleh tokoh nasionalis Rhee Syng-man yang sekaligus presiden pertama negara itu.

Tak berselang lama, perpecahan semakin menjadi-jadi ketika kelompok komunis di Utara mendeklarasikan berdirinya Republik Demokratik Rakyat Korea pada 9 September 1948 dengan ibukota Pyongyang dan presiden Kim Il-sung. Wilayah antara 2 (dua) negara yang baru merdeka ini dibagi pada 38° Lintang Utara.

Hingga meletusnya Perang Korea...

Hingga terjadi Perang Korea yang pecah pada Juli 1950. Latar belakangnya adalah ketika puluhan ribu tentara rakyat Korea Utara menduduki wilayah 38 derajat Lintang Utara. Korea Utara berusaha menduduki Korea Selatan untuk mempersatukan Semenanjung Korea dibawah ideologi komunis. 

Korea Utara dibantu sekutu Komunisnya termasuk Cina dan Uni Soviet sedangkan Korea Selatan dibantu Amerika Serikat dan sekutu Baratnya. 

Fakta Perang Korea

  1. Peran PBB

PBB memainkan peran dalam perang itu dengan meminta mengirim bantuan militer ke Korea Selatan. Sebanyak 16 negara mengirim pasukan dan 41 lainnya mengirim peralatan tempur atau bantuan lainnya.

Cina bertempur di sisi Korea Utara dengan dibantu Uni Soviet yang mengirimi peralatan militer. Amerika Serikat menyumbang sekitar 90 persen  pasukan yang dikirim untuk membantu Korea Selatan. 

  1. Kerugian Fantastis

Dalam perang tersebut Amerika Serikat menghabiskan dana sekitar US$ 67 miliar. Jumlah korban dari pihak Amerika Serikat mencapai 54.246 jiwa hingga tahun 2000. Pentagon mengatakan jumlah itu termasuk yang tewas di luar arena Perang Korea.

Ada lebih dari 7.800 tentara Amerika yang masih belum ditemukan sejak Perang Korea hingga Juni 2016. Sementara 103 ribu tentara Amerika terluka dan cedera dalam perang itu.

Sedangkan dari pihak Korea Selatan ada sebanyak 217.000 tentara Korea Selatan tewas dalam perang, dan diperkirakan 1 juta warga sipil tewas. Korea utara kehilangan 406.000 anggota militer Pyongyang dan 600.000 warga sipil tewas dalam perang itu. Kemudian Cina kehilangan 600.000 pasukan yang tewas dalam perang tersebut.

 

Keberlangsungan DMZ

Setelah 3 (tiga) tahun berperang, kedua negara akhirnya bersepakat untuk melakukan gencatan senjata pada 27 Juli 1953 di Kaeseong, yang akhirnya menjadi bagian dari Korea Utara setelah sebelumnya merupakan teritori Korea Selatan. 

Selain gencatan senjata, kedua Korea sepakat atas pembentukan sebuah wilayah perbatasan yang berfungsi sebagai buffer zone (zona penyangga). Wilayah tersebut dikenal sebagai Zona Demiliterisasi atau Demilitarized Zone (DMZ) yang dalam bahasa Korea disebut Hanbado Bimujangjidae

Dalam praktiknya, DMZ merupakan garis gencatan senjata (truce line) yang membentang sepanjang 249 kilometer dari kota Goseong yang merupakan ujung Timur semenanjung sampai sungai Imjingang yang merupakan ujung Barat semenanjung korea. Menurut Korea Tourism Organization, jangkauan wilayah yang membentang 2 (dua) kilometer di kedua bagian ini membuat lebar totalnya menjadi sebesar 4 (empat) kilometer. 

Peristiwa di DMZ

Beragam peristiwa pernah terjadi di DMZ, mulai pertikaian hingga yang menumbuhkan benih-benih perdamaian. Seperti peristiwa yang terjadi pada agustus 2015 silam. Kala itu Selasa 4 Agustus 2015, 2 buah ranjau darat meledak di DMZ yang merupakan wilayah penyangga dua Korea, tepatnya di sebelah selatan wilayah tersebut dekat kota Paju, Seoul Utara. Dalam peristiwa ini, 2 orang perwira militer Korea Selatan menjadi korban. Korea Selatan sendiri menuduh Korea Utara sebagai dalang dibalik peristiwa tersebut. 

Kemudian pada jum’at pagi, 27 april 2018 sempat menjadi pertemuan bersejarah yang pernah dilakukan di DMZ tersebut. Presiden Korea Selatan Moon Jae-In serta Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu dalam rangka membahas reunifikasi dan denuklirisasi. Yang menarik, pertemuan tersebut ditengarai berpotensi sebagai awal perjanjian damai kedua negara. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus