Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Skandal seks menodai kerja lembaga amal internasional, Oxfam setelah muncul laporan menyebutkan staf Oxfam meminta berhubungan seks dengan sejumlah remaja perempuan yang tinggal di kamp pengungsi di Afrika sebagai imbalan telah membayar uang sekolah mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip laporan The Sun, 29 Juni 2019, Oxfam sedang menyelidiki praktek tak beradab itu di kamp pengungsi di Ethiopia dan Zambia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya remaja putri yang disasar, laporan ini juga menyebutkan para istri pengungsi di kamp di Ethiopia dan Zambia.
Hal ini berdasarkan pengakuan para suami yang tinggal di kamp. Mereka mengeluh karena kehilangan pekerjaan setelah istri mereka menolak berhubungan seks dengan bos mereka. Bos merujuk pada staf Oxfam.
Laporan ini juga menyebutkan temuan lain bahwa sejumlah staf Oxfam juga melakukan tukar guling sembako dan pasokan kebutuhan pengungsi dengan kenikmatan seksual saat mereka bekerja dengan para pengungsi yang rentan.
Laporan ini mengejutkan Oxfam dan lembaga bantuan kemanusiaan internasional lainnya karena terjadi 16 bulan setelah muncul laporan staf Oxfam melakukan pelecehan seksual kepada para korban bencana alam di Haiti tahun 2011.
"Pelecehan yang dialami wanita-wanita di kamp-kamp mengejutkan dan tidak dapat diterima ini merupakan penghinaan terhadap nilai-nilai yang dipegang oleh Oxfam maupun sektor yang lebih luas," ujar juru bicara Oxfam menanggapi pelecehan seksual staf Oxfam di kamp-kamp pengungsi di Afrika.
Oxfam menyatakan akan membantu siapa saja yang melakukan pengaduan resmi tentang pelecehan seksual oleh staf Oxfam dan akan menuntut pertanggungjawaban mereka.
Laporan tentang pelecehan seksual staf Oxfam di kamp pengungsi di Afrika telah disampaikan juga ke badan PBB urusan pengungsian, UNHCR dan sejumlah lembaga amal lainnya.
Ironisnya, laporan pelecehan seksual staf Oxfam di kamp-kamp di Afrika bersamaan harinya pada Juni ini dengan laporan Komisi Amal yang memberikan kesimpulan tentang skandal Oxfam di Haiti.
Kamp-kamp di Ethiopia dan Zambia di mana Oxfam memberikan bantuan kemanusiaan, dihuni puluhan ribu pengungsi korban konflik di negara mereka di Sudan dan Kongo.