Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Paus Benediktus XVI meninggalkan surat wasiat sebelum wafat di usia 95 tahun pada Sabtu, 31 Desember 2022. Dalam surat yang diterbitkan setelah kematiannya, ia meminta pengampunan bagi mereka yang telah pernah menjadi korban atas kesalahan Benediktus XVI.
Baca: Perjalanan Paus Benediktus Sejak Diangkat hingga Mengundurkan Diri dari Kepausan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Benediktus, yang merupakan paus pertama dalam hampir 600 tahun yang mengundurkan diri dari jabatannya. Ia mundur dari jabatan seumur hidup, sebelum meninggal pada Sabtu, menurut pernyataan dari Vatikan. Ia terpilih sebagai paus pada April 2005, setelah kematian Yohanes Paulus II.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Surat wasiatnya itu berisi kata-kata terakhir Benediktus XVI. Ia menulis tentang sejumlah hal yang harus disyukuri atas hidupnya.
Dalam surat tertanggal 29 Agustus 2006, mantan paus itu berterima kasih kepada Tuhan karena telah membimbingnya dengan baik sepanjang hidupnya. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada orang tuanya yang katanya memberinya hidup di masa sulit.
Paus Benediktus XVI asal Jerman ini juga berterima kasih kepada saudara perempuannya atas bantuan tanpa pamrih dan saudara laki-lakinya atas kejelasan penilaian yang dibagikan.
Benediktus dikenal lebih konservatif dibandingkan penggantinya, Paus Fransiskus, yang telah mengambil langkah-langkah untuk melunakkan sikap Vatikan terhadap aborsi dan homoseksualitas. Paus Fransiskus juga dinilai berbuat lebih banyak untuk menangani krisis pelecehan seksual yang melanda gereja dalam beberapa tahun terakhir.
Pada April 2019, Benediktus membahas krisis pelecehan seksual dalam sebuah surat publik. Ia mengklaim bahwa pelecehan sebagian disebabkan oleh revolusi seksual tahun 1960-an dan liberalisasi ajaran moral gereja.
Pada Januari 2020, Benediktus terpaksa menjauhkan diri dari sebuah buku yang secara luas dianggap meremehkan Francis ketika dia mempertimbangkan apakah mengizinkan pria yang sudah menikah menjadi imam dalam kasus-kasus tertentu. Buku “From the Depths of Our Hearts” mendukung tradisi selibat imam selama berabad-abad di dalam Gereja Katolik. Benediktus awalnya terdaftar sebagai penulis, tetapi kemudian mengklarifikasi bahwa dia hanya menyumbangkan satu bagian dari teks tersebut.
Setahun kemudian, Benediktus mendapat kecaman atas waktunya sebagai uskup agung Munich dan Freising, antara tahun 1977 dan 1982, menyusul publikasi laporan yang ditugaskan gereja yang disalahgunakan oleh pendeta Katolik di sana.
Dalam suratnya, mantan paus itu meminta pengampunan dengan tulus bagi mereka yang pernah disalahi dengan cara apa pun. Sebagai penutup, mantan paus itu meminta dengan rendah hati, terlepas dari semua dosa dan kekurangannya, disambut Tuhan ke surga.
Dalam surat terpisah yang diterbitkan oleh Vatikan pada Februari 2022, Benediktus mengeluarkan permintaan maaf umum kepada para penyintas pelecehan seksual. “Sekali lagi saya hanya bisa mengungkapkan kepada semua korban pelecehan seksual rasa malu saya yang mendalam, kesedihan saya yang mendalam dan permintaan tulus saya untuk pengampunan.” Namun, dalam surat yang diterbitkan tahun lalu itu dia mengakui tidak melakukan kesalahan pribadi atau spesifik.
Simak: Mantan Paus Benediktus Sakit Parah, Paus Francis Minta Umat Mendoakannya
CNN