Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kehakiman Swedia tengah mempertimbangkan membentuk penyelidikan lengkap untuk mengakhiri praktek poligami sehubungan masuknya imigran pencari suaka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Praktik poligami banyak dilakukan oleh imigran dari negara-negara Islam yang menerima suaka di Swedia. Meskipun ada undang-undang yang telah dibuat pemerintah Swedia, namun para pencari suaka datang dengan banyak istri.
Baca: Poligami Dibolehkan, Pemuda Arab Saudi Menolak
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Investigasi pemerintah berusaha untuk menentukan implikasi hukum seputar kasus poligami di Swedia. Beberapa ratus pernikahan poligami dilaporkan terdaftar di pemerintahan Swedia.
Menurut Helen Fritzon, menteri imigrasi Swedia dan wakil menteri kehakiman, penyelidikan itu juga bertujuan untuk mencegah kelanjutan dari praktek poligami.
“Poligami tidak akan diakui di Swedia, dan kita perlu menganalisis kesenjangan dalam undang-undang yang memungkinkannya. Poligami menentang kesetaraan jender, dan, menurut PBB, dapat menimbulkan konsekuensi emosional dan ekonomi yang serius,” kata Fritzon dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kementerian kehakiman, Kamis, 19 Juli 2018.
Baca: Pengadilan Kanada Hukum Pemimpin Agama karena Punya 25 Istri
Laporan Russia Today pada 19 Juli 2018 menjelaskan, meskipun poligami ilegal di Swedia, namun kehidupan perkawinan semacam itu diakui oleh pemerintah jika pasangan tersebut menikah di negara yang memperbolehkannya.
Tetapi poligami bukan satu-satunya tabu sosial yang dibawa para imigran ke Swedia. Pada Maret 2016, setidaknya 70 anak perempuan yang menikah di bawah usia 18 ditemukan di pusat suaka di Swedia, termasuk di kota-kota besar seperti Stockholm dan Malmo.