Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Kabul - Serangan mematikan dilakukan Taliban terhadap sebuah bus yang membawa awak televisi menuai banjir kutukan dari seluruh penjuru dunia, Kamis, 21 Januari 2016. "Serangan itu membungkam kekebasan berbicara," ucap sejumlah aktivis.
Sebuah bom bunuh diri menghantam minibus yang sedang mengangkut karyawan dari Tolo TV, dimiliki oleh perusahaan swasta Moby Group, kelompok media terbesar di Afganistan. Akibat serangan tersebut, sedikitnya tujuh orang tewas dan 25 korban lainnya cedera.
Sejumlah saksi mata mengatakan, moda angkutan darat itu dihantam setelah melintas di depan kantor kedutaan besar Rusia. "Insiden ini memicu spekulasi bahwa sasaran ledakan bom adalah misi diplomatik asing."
Namun, Taliban cepat memberikan pernyataan bahwa mereka bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Tolo TV, menurut Taliban sebagai agen mata-mata. Dalam sebuah pernyataan, Taliban mengatakan, kendaraan angkutan tersebut seringkali digunakan untuk memata-matai.
Tolo adalah stasiun televisi paling populer di Afganistan. Lembaga siar pandang ini menyediakan tontotan kepada pemirsa berbagai mata acara antara lain gabungan berita dan hiburan, peristiwa manca negara, talk shows, opera sabun, dan hiburan lainnya. Adapun Moby Group bermarkas di Dubai dan pada 2012, kelompok Rupert Murdoch membeli sebagian kecil saham perusahaan.
Taliban pernah mengancam Tolo pada Oktober 2015 menyusul siaran televisi ini mengenai aktivitas pemberontak di sebelah utara Kunduz, kota yang berhasil dikuasai oleh Taliban selama tiga hari sejak September 2015. Taliban berpendapat, laporan tersebut tidak akurat.
Kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch dalam keterangannya kepada media, Kamis, 21 Januari 2016, mengatkan, serangan terhadap Tolo TV adalah sebuah upaya membungkam kebebasan yang masih rapu di Afganistan.
Abdul Mujeeb Khalvatgar, direktur Eksekutif Independent Nai Supporting Open Media, organisasi non-pemerintah, menyatakan serbuan terhadap Tolo "Tidak hanya menyasar media tersebut melainkan juga nilai-nila sosial, khusunya terhadap hak asasi dan mastyarakat sipil."
Dia mengatakan, para jurnali yang menjadikan Kabul sebagai basis pertemuan pada Kamis, 21 Januari 2016, memutuskan untuk tidak akan meliput segala kegiatan Taliban.
Selain akitivis dan media, aksi Taliban itu dikecam oleh Menteri Pertahanan Masoom Stanekzai. Dia menyebut serangan itu sebagai sesuatu yang menyayat hati. Sedangkan utusan Persetikatan Bangsa-Bangsa di Afganistan meminta para pemberontak tidak menyerang media.
ABC NEWS | CHOIRUL AMINUDDIN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini