Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang dokter bedah yang mengukir inisial namanya pada liver dua pasien saat menjalani transplantasi di sebuah rumah sakit Inggris, dijatuhi hukuman denda dan melakukan layanan masyarakat pada Jumat waktu setempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir AsiaOne, Sabtu, 13 Januari 2018, Simon Bramhall, 53 tahun, menggunakan mesin balok argon untuk membakar inisial namanya di organ kedua korban pada Februari dan Agustus 2013.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Apa yang Anda lakukan adalah penyalahgunaan kekuasaan dan pengkhianatan kepercayaan pasien kepada Anda," kata hakim Paul Farrer di Pengadilan Tinggi Birmingham.
Bramhall dijatuhi hukuman 12 bulan melayani masyarakat, atau 120 jam kerja tanpa dibayar, dan denda 10 ribu pound sterling atau Rp 183 juta.
Insiden ini terungkap setelah ahli bedah lain melihat inisial Bramhall pada salah satu liver pasien. Inisial itu setinggi empat sentimeter.
Sebelumnya, Bramhall mengaku kepada polisi bahwa tindakannya itu hanya untuk meringankan ketegangan di ruang operasi. Hakim Farrer menerima pengakuan terdakwa bahwa ia lelah dan stres dalam kedua operasi tersebut.
"Kedua operasi (transplantasi) itu panjang dan sulit," kata hakim Farrer. "Tapi ini adalah perilaku yang lahir dari arogansi profesional sehingga menyimpang ke perilaku kriminal.”
Bramhall mengundurkan diri dari Rumah Sakit Queen Elizabeth di Birmingham, Inggris, pada 2014. Ia diberi peringatan resmi oleh badan profesional General Medical Council Inggris pada Februari lalu.
Dia sekarang bekerja untuk National Health Service yang dikelola negara di Hertfordshire, utara London.
Rumah Sakit Queen Elizabeth di Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Bramhall melakukan kesalahan dalam konteks situasi klinis yang kompleks dan ini telah ditangani melalui otoritas yang sesuai. Tidak ada dampak apa pun terhadap kualitas hasil klinisnya."