Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bahasa

Berita Tempo Plus

<font size=2 color=brown>Agus R. Sarjono*</font><br />Bahasa Yatim Piatu

Jadi, kami berdua pun kembali ke sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hasilnya? Perdebatan terus berlanjut. Kamus tak bisa menghasilkan kata putus.

6 Juni 2011 | 00.00 WIB

<font size=2 color=brown>Agus R. Sarjono*</font><br />Bahasa Yatim Piatu
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Saat menerjemahkan karya-karya Georg Trakl, penyair superkelam dalam khazanah perpuisian Jerman, Berthold Damshäuser dan saya kerap bersitegang. Pasalnya adalah memilih kata dan ungkapan Indonesia yang tepat bagi keindahan, kegilaan, dan kekelaman Trakl. Jika dua orang muslim bersitegang tentang sesuatu, keduanya dianjurkan untuk kembali ke sumber: Quran dan Hadis. Kami tidak kembali ke Quran dan Hadis. Tentu bukan karena saya muslim dan Berthold penganut Katolik, melainkan karena yang kami perdebatkan adalah kata dalam bahasa Indonesia. Jadi, kami berdua pun kembali ke sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hasilnya? Perdebatan terus berlanjut. Kamus tak bisa menghasilkan kata putus.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus