Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dia bernama May.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seorang perempuan muda berwajah manis, sendu, berpakaian rapi, serba tertutup, lengan panjang dan setiap hari mengerjakan pekerjaan yang sama: memuat baju boneka untuk dijual. Dia juga melalui hari yang sama, makan lauk pauk yang sama dengan sang Bapak yang terus menerus mengawasi puteri semata wayangnya dengan hati patah. Ada pun hati sang Bapak (diperankan dengan bagus oleh Lukman Sardi) berawal dari delapan tahun silam ketika May (Raihanun yang luar biasa) diperkosa oleh sekelompok lelaki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sejak itulah May yang ceria, manis dan secerah bulan Mei itu berubah menjadi gelap, serba gugup dan tak pernah bergerak selangkahpun dari kamarnya. Dunia luar bagi May adalah sebuah tempat yang berbahaya yang telah merusah jiwa raganya. Dan menghadapi keseharian May bak robot itu, sang ayah tak henti-hentinya menyesali dirinya yang tak menyadari betapa puterinya dikoyak gerombolan jahanam itu.
Adegan film 27 Steps of May. 27stepsofmay.com
Film yang hanya diperankan beberapa tokoh ini adalah sebuah film gelap, depresif meski kemudian perlahan-lahan penonton yang telanjur merasa putus-asa menyadari bahwa 27 Steps of May adalah cerita yang memberi harapan. Pada bagian gelap itulah kita diperkenalkan tokoh baru, Sang Pesulap (Ario Bayu) yang perlahan-lahan menjadi cahaya kecil di lorong gelap May. Melalui si pesulap, May memahami sedikit demi sedikit bagaimana caranya berdamai dengan dirinya dan mencoba melangkah perlahan keluar rumah, dan menuju pada dirinya yang baru.
Di dalam dunia sinema Indonesia, Ravi Bharwani tampak sengaja tidak ingin melompat. Dia melangkah kecil dan teratur, rapi dan pasti. Film-film awalnya The Rainmaker (2004) dan Jermal (2008) adalah film-filmnya yang digarap dengan serius. Tetapi adalah 27 Steps of May yang menurut saya film Ravi yang, meski difokuskan pada sebuah keluarga kecil (May dan sang Ayah), sebetulnya secara implisit berbicara tentang perkosaan di bulan Mei 1998 yang hingga kini tak pernah dibicarakan secara terbuka di Indonesia.
Ravi dan penulis skenario Rayya Makarim sama sekali tak menggunakan fakta –yang memang hingga kini masih sangat samar-samar—namun hanya menampilkan secara simbolik melalui nama May dan kasus perkosaan yang mengubah May menjadi perempuan yang jiwanya nyaris “mati”. Duo Ravi-Rayya sengaja memfokuskan cerita pada sosok May dan bagaimana peristiwa perkosaan itu bukan hanya merusak diri May, tetapi juga mempengaruhi seluruh kehidupan keluarganya dan kawan-kawannya. Ayah May, menyalurkan kemarahannya melalui permainan tinju di atas ring ; sementara kawan ayahnya (Verdi Soleiman) yang senantiasa mampir adalah satu-satunya tokoh yang paling stabil.
Adegan film 27 Steps of May. 27stepsofmay.com
Perkosaan sebagai tema dalam film selalu menjadi persoalan karena ini sebuah peristiwa keji yang mematikan jiwa korban, dan biasanya masih akan terus berpengaruh seterusnya jika tidak diterapi atau disembuhkan. Dalam film ini, Ravi dan Rayya justru memilih bagian tersulit dari tema itu: bagaimana May mencoba mengatasinya selama bertahun-tahun dengan membuat 27 langkah pada kebebasannya dari kungkungan masa lalu yang mengerikan.
Dengan musik Thoersi Argeswara yang hanya muncul sesekali jika memang dibutuhkan, tiga aktor yang tak hanya berkomunikasi secara verbal tetapi lebih lagi melalui gerak tubuh yang menjadi bahasa mereka sehari-hari, film ini bagi saya adalah salah satu film terbaik tahun ini, selain film Kucumbu Tubuh Indahku karya Garin Nugroho dan Love for Sale karya Andibahctiar Jusuf.
27 STEPS OF MAY
Sutradara: Ravi Bharwani
Skenario: Rayya Makarim
Pemain: Raihaanun, Lukman Sardi, Ario Bayu, Verdi Soleiman
Produksi: Green Glow Pictures