Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah tujuh tahun bersekolah di Eropa, Ibarra pulang ke Filipina, dan di sepanjang Kota Manila ia tak hanya melihat Manila. Di matanya, kebun beragam tumbuhan di kota itu tak putus-putusnya tampak dibayang-bayangi taman-taman yang pernah dikenalnya di Eropa. Ia tak lagi melihat begitu saja; baginya, tamasya itu sesuatu yang dekat dan sekaligus jauh. Seakan-akan ada setan yang memperdayanya dengan jarak dan waktu. Ia resah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo