Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KAMI akan tetap mencarimu, anak yang kehilangan pelampung,
begitulah radio itu bersuara. Serak, gemeretak, pecah-pecah,
storing. Laut tidak lagi nampak laut. Hanya gemerlap, sampai
jauh, dan suara radio itu mendesak-desak ke sana. Matahari
membersihkan langit. Angin merapihkan awan.
Kami akan tetap mencarimu, anak yang kehilangan pelampung,
begitulah radio itu berkata.
Tapi siapakah engkau, radio yang tak jelas gelombangnya? Kami
adalah sebuah sumber. Kami yang akan tetap mencarimu, anak yang
hilang dari kapal yang terbakar. Kami adalah sebuah pihak. Kami
adalah sebuah regu SAR, yang tak beralamat, yang tak berpeta,
tak berpasukan. Kami adalah sebuah pertanyaan yang penasaran,
sebuah pencarian yang tak bisa terbatas.
Katakan lagi, apa yang kau ingin cari. Kami berbunyi seperti
puting beliung, kami tak nampak seperti garis lintang, kami
tertera pada astronomi, kami bagian dari alam dan manusia. Kami
adalah yang mencarimu akan menemukanmu, menghapus terik hari
pada ubun-ubunmu, mengucurkan air es pada hausmu, menyisihkan
asin dari tenggorokmu.
Kami adalah rindang yang melindungimu, anak yang ditinggalkan
pelampung. Saudara yang bicara pada radio tanpa sender,
sebutkan apa maumu! Kami akan tetap mencarimu. Kami meniti
titik-titik dari Masalembo, menyeberang laut, ke pelbagai
paragraf dokumen pelayaran. Kami ingin tahu, kematian yang
manakah untukmu, siapakah yang menjemputmu, dan adakah ia
terbaring dengan mata merah dan memimpikan api.
Kau tak akan mendapatkan apa-apa, saudara yang bicara pada
radio, kau tak akan mendapatkan apa-apa. Anak yang hanyut itu
telah hanyut. Ikan-ikan telah memungutnya.
Ganggang dan gelombang telah menampung kesepiannya sampai ke
dasar. Di sana gelap hanya sebentar, kau tahu, sebuah khayal
bagi penyelam, sebuah ilusi pada snorkel, sebuah jarak yang
tak bersahabat. Tapi kami akan tetap mencarimu, anak yang
kehilangan pelampung, Sampai ke dasar laut, melihat koyakan
tubuhmu. Sampai ke dasar kantung dan kenangan sendiri --
karena kami semua bersalah, hallo, bersalah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo