Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendapat

Kisah Ashin dari Utara

Tim sineas serial "Kingdom" sukses memutuskan membuat satu film tersendiri yang menceritakan tentang asal muasak terciptanya zombie di dalam jagat itu.

8 September 2021 | 09.45 WIB

Poster film Kingdom: Ashin of the North. Dok.Netflix
Perbesar
Poster film Kingdom: Ashin of the North. Dok.Netflix

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kingdom: Ashin of the North
Sutradara: Seong-hun Kim
Skenario: Eun-hee Kim
Pemain: Jun Ji-Hyun, Byeong-eun Park, Si-ah Kim

Segalanya dimulai dari serangkaian bunga ungu.
Kecil, halus, gemulai, tetapi begitu beracun hingga mampu meruntuhkan dunia.

Si kecil Ashin yang lincah, diam-diam menyelinap dari pengawasan ayahnya untuk ke Kawasan hutan terlarang. Dia menyeberang sungai, memasuki sebuah gua untuk memetik bunga yang diharapkan menyembuhkan sang ibu yang sakit keras. Tak lupa dia selalu mengamati sebuah tulisan purba di dinding gua yang memberi peringatan "tanaman ungu violet ini begitu sakti, tetapi penggunanya akan menerima akibatnya".

Ashin dan warga lainnya semula tak menyadari betapa kesaktian bunga violet itu mampu ‘menghidupkan’ tubuh mati menjadi zombie. Kisah temuan Ashin inilah yang menjadi titik awal serial terkemuka “Kingdom” yang meledak selama dua musim tayang.

Kingdom : Ashin of the North adalah bagian terpisah yang dianggap ‘prekuel’ atau mungkin juga spin-off, karena menikmati episode atau film ini tak mewajibkan seseorang untuk lebih dulu menyaksikan kedua musim tayang serial “Kingdom”. Kisah Ashin dari Utara, seperti disampaikan penulis skenario Eun-hee Kim, perlu lahir untuk menceritakan sejarah bagaimana pandemi zombie itu dimulai.

Syahdan Ashin dan keluarganya adalah suku Seongjepyain yang secara geografis termasuk dalam area Joseon, karena masih di perbatasan. Karena ayah Ashin si Kepala Desa bersumpah setia mendukung Joseon, maka sukunya Seongjepyan menganggap keluarga Ashin adalah pengkhianat. Bisa dibayangkan nasib keluarga Ashin yang dibantai di suatu malam jahanam. Dan bisa dibayangkan pula Ashin kecil (Kim Shia-a), adalah satu-satunya anggota keluarga yang kelak menjadi protagonis cerita ini.

Kita menyaksikan Ashin kecil , bak seorang Ekalaya versi perempuan, belajar memanah sendirian dan belajar bertahan di tengah hutan. Ketika dia tumbuh dewasa (yang diperankan dengan bagus oleh Jun Ji-Hyun), Ashin menjadi seorang jagoan penguasa hutan yang tak terkalahkan. Ashin hanya mempunyai tujuan hidup: membalas dendam.

Selanjutnya, kita menyaksikan murka yang terpendam di dalam wajah dan tubuh Ashin yang sangat ekonomis dalam kata-kata; bahkan ketika berbagai lelaki desa melecehkannya. Ashin baru melancarkan segala kekuatan, kesaktian dan kedahsyatan khasiat si bunga violet itu setelah dia menyadari siapa sesungguhnya kumpulan penjahat keji yang membunuh keluarganya.

Baginya, ternyata semua pihak di sekelilingnya ternyata adalah orang-orang jahat. Baik orang-orang desa yang gatal, para pimpinan Pajeowi yang bengis dana palagi petinggi Joseon yang bak ular yang hanya berani mematuk dari belakang. Dendam kesumat dirancang dengan penuh strategi di dalam diam.

Belasan tahun Ashin mempelajari khasiat bunga ungu, dan pada saat yang tepat zombie pertama tercipta. Kemudian hanya dalam hitungan dua jam, zombie berkembang menjadi tujuh, 20, seratus dan seterusnya. Seperti juga di dalam serial “Kingdom”, gerombolan zombie di dalam film ini bukan sekedar horor untuk daya kejut, meski penggambaran saat satu orang yang segar bugar dikeroyok ratusan zombie lapar itu sangat mengerikan. Gerombolan ini adalah lambang manusia yang memakan, mengunyah dan membunuh sesama manusia demi menunaikan rasa rakus tak berkesudahan.

Ashin mungkin lebih cocok dianggap sebagai tokoh antihero, meski kita sangat memahami alasan tingkah laku dan keinginannya untuk balas dendam. Aktris Jun Ji-Hyun tampil meyakinkan sebagai seorang perempuan mandiri yang belasan tahun memendam dendam membara akibat pembantaian seluruh keluarganya.

Dari sisi sinematografi, tentu saja tak kalah dengan serial “Kingdom”. Bedanya, setting film inipun dominan terjadi di hutan, tepi sungai dan desa: serba gelap, penuh lumpur, meski sesekali akan terlihat hijau flora cantik yang diselingi dengan fauna yang berubah menjadi zombie.

Sesungguhnya sutradara Seong-hun Kim dan penulis skenario Eun-hee Kim masih ‘berhutang’ dengan “Kingdom: Crown Prince” yang sungguh dinanti, ternyata prekuel Ashin dari Utara ini tak bisa dikatakan sekedar selingan. Ditayangkan di saluran digital Netflix, edisi spesial yang sudah sama dengan sebuah film layar lebar ini mengisi 90 menit dengan cerita yang padat, karakter Ashin yang kuat dan adegan-adegan yang mendebarkan.

Leila S.Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Leila S. Chudori

Kontributor Tempo, menulis novel, cerita pendek, dan ulasan film.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus