Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Saatnya Meninggalkan Kompor Elpiji

Pemerintah kerepotan menahan kenaikan subsidi gas elpiji rumah tangga. Saatnya migrasi ke kompor listrik.

6 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemerintah kewalahan menahan melambungnya subsidi energi.

  • Kebutuhan elpiji untuk sektor rumah tangga masih sangat tinggi.

  • Migrasi dari elpiji ke gas bumi dan listrik induksi mendesak dilakukan.

DI tengah harga minyak dan gas yang makin melambung, sudah seharusnya program pengurangan penggunaan elpiji untuk kebutuhan rumah tangga dipercepat. Migrasi penggunaan kompor gas menjadi kompor listrik induksi bisa mengurangi mubazirnya anggaran negara karena pembengkakan subsidi energi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejatinya pemerintah sudah melakukan konversi penggunaan elpiji sejak jauh-jauh hari. Namun program percepatan tersebut tidak kunjung tuntas, sampai kemudian anggaran berdarah-darah menanggung beban subsidi yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menghitung, bila harga minyak mentah terus-menerus bertengger di atas US$ 100 per barel, kebutuhan subsidi elpiji untuk rumah tangga akan menembus Rp 127 triliun. Nilai yang amat besar dan mubazir jika dibandingkan dengan anggaran Bantuan Operasional Sekolah yang tahun ini dialokasikan hanya Rp 51,6 triliun untuk 217.620 sekolah di seluruh Indonesia.

Bukan hanya itu, anggaran subsidi energi tahun ini diprediksi mencapai Rp 578,1 triliun. Selain karena subsidi elpiji ukuran 3 kilogram, lonjakan ini dipacu kebijakan pemerintah menahan harga bahan bakar minyak dan tarif listrik golongan di bawah 3.000 volt-ampere.

Belanja subsidi elpiji melonjak karena sebagian besar produk ini masih diimpor. Dari sekitar 8 juta ton elpiji yang diperlukan untuk rumah tangga serta usaha mikro, kecil, dan menengah di dalam negeri, sebanyak 80 persen harus didatangkan dari luar negeri. Selain rentan terhadap fluktuasi harga komoditas di pasar global dan depresiasi nilai tukar, pengadaan melalui impor menggerus devisa negara.

Bukan cuma urusan anggaran negara yang terbuang percuma, pemakaian elpiji dalam tabung juga tidak fleksibel, terlalu berat, dan aspek keamanannya mengkhawatirkan. Sejumlah insiden tabung bocor atau meledak dan kebakaran beberapa kali terjadi, yang menimbulkan korban serta kerugian yang tidak sedikit.

Ketimbang bergantung pada produk impor, pemerintah bisa mengoptimalkan penggunaan gas bumi yang disalurkan melalui pipa guna memenuhi kebutuhan rumah tangga. Namun pembangunan infrastruktur jaringan gas rumah tangga berjalan lambat. Hingga Maret 2022, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral baru membangun 662.431 sambungan rumah tangga.

Program migrasi penggunaan kompor listrik induksi, yang semestinya akan sangat membantu mengurangi ketergantungan pada impor elpiji, juga tak kunjung dioptimalkan. Padahal, bagi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), bertambahnya pengguna kompor listrik akan mendongkrak permintaan setrum yang tengah loyo diserang pandemi Covid-19. Artinya, opsi ini akan memangkas impor elpiji sekaligus mengatasi tekanan anjloknya permintaan listrik PLN.

Kendati bukan pekerjaan mudah, karena pemerintah mesti menyediakan perangkat bersubsidi untuk 35 juta rumah tangga, migrasi dari kompor gas elpiji ke kompor listrik harus disegerakan. Namun program tersebut tidak boleh mengulang kekacauan konversi penggunaan kompor minyak tanah ke elpiji pada 2007. Kegiatan yang menelan anggaran negara sebesar Rp 20 triliun itu menjadi “bancakan” karena memakai pendekatan proyek untuk dibagi-bagi kepada pengusaha yang dekat dengan penguasa.

Artikel:

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus