Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ardhasena Sopaheluwakan, mengatakan para peserta The Third Session of the Commission for Weather, Climate, Hydrological, Marine and Related Environmental Services and Applications (SERCOM-3) mengadopsi kebijakan Badan Meteorologi Dunia (WMO) dalam aspek layanan cuaca, iklim, hidrologi, maritim dan lingkungan. Terdapat empat kebijakan yang akan diikuti oleh 94 negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kebijakan meteorologi global pertama yang diadopsi adalah pembentukan unit informasi El Nino atau La Nina yang terakreditasi di bawah WMO. Langkah kedua adalah pengembangan layanan teknologi hidrologi dalam skema peringatan dini atau early warning kekeringan. Kebijakan berikutnya adalah promosi atau endorsement peta jalan pelaporan kondisi iklim dalam skala global dan regional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Nomor empat adalah aktivitas prioritas SERCOM dalam layanan iklim terapan seperti kesehatan, pertanian, maritim, kebencanaan, energi, dan dukungan untuk program Early Warning for All dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),” kata Ardhasena melalui keterangan tertulis pada Selasa, 19 Maret 2024.
Perlu diketahui bahwa forum SERCOM merupakan bagian dari rutinitas organisasi cuaca dunia untuk merumuskan kebijakan internasional di bidang layanan cuaca, iklim, air, dan lingkungan. Pertemuan SERCOM ke-3 sebelumnya diadakan di Bali International Convention Centre, Nusa Dua, Bali pada 4-9 Maret 2024. Agenda itu dihadiri 378 delegasi dari 94 negara.
Terpilih sebagai Co-Vice President (SERCOM) WMO periode 2024-2027, Ardhasena, menyebut peran Indonesia dalam bidang meteorologi, klimatologi serta hidrologi di level global semakin besar. BMKG juga mendorong standar pengembangan layanan yang dapat diaplikasikan secara global.
"Dengan berakhirnya proses pemilihan, harapannya Indonesia dapat menjadi subjek yang dihormati, memberikan dampak signifikan tidak hanya di tingkat regional, melainkan juga di tingkat global,” kata dia.
Ardhasena berharap layanan yang dicanangkan BMKG bisa diaplikasikan di berbagai negara. Agar bisa berperan aktif, pengembangan layanan, perangkat lunak, dan sistem BMKG sendiri perlu ditingkatkan.
Pilihan Editor: Kemarau Mundur, Kapan Musim Hujan di Indonesia Selesai?