Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) akhirnya berhasil mendapatkan data lebih rinci soal kubah lava kedua Gunung Merapi yang berada di bagian tengah kawah. Gunung Merapi pada fase erupsi 2021 ini diketahui untuk pertama kalinya dalam sejarah memiliki dua kubah lava, yakni di bagian barat daya dan tengah kawah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hanya saja, untuk kubah lava bagian tengah kawah, sejak terdeteksi keberadaannya awal Februari 2021, sulit diukur volume dan diketahui kondisi morfologi lainnya. Faktor cuaca tak pernah mendukung bagi BPPTKG melakukan pengukuran. “Tapi per 17 Februari lalu kami berhasil mendapatkan data kubah lava Merapi bagian tengah,” ujar Kepala BPPTKG Hanik Humaida, Jumat 19 Februari 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hanik mengungkap kubah lava bagian tengah kawah itu, setelah dihitung penampang melintangnya, memiliki volume 426.358 meter kubik, atau sedikit lebih besar dibanding volume kubah lava bagian barat daya yang sebesar 398.000 meter kubik. Kubah lava bagian tengah itu memiliki panjang 160 meter, lebar 120 meter, dan tinggi 50 meter.
Meski volume kubah bagian tengah kawah lebih besar, namun kecepatan pertumbuhannya hanya berkisar 10 ribu meter kubik per hari. Hanik membandingkan dengan pertumbuhan kubah bagian barat daya yang sudah 25 ribu meter kubik per hari.
“Kecepatan pertumbuhan kubah lava ini ke arah barat namun inipun kecepatannya masih termasuk kecil untuk ukuran Merapi,” kata Hanik. Dia belum bisa memastikan sampai kapan pertumbuhan kubah lava Merapi itu akan selesai, terlebih kecepatannya sangat lamban.
Hanik juga mengungkapkan, kondisi kubah lava di bagian tengah kawah juga masih memiliki jarak dengan bagian pinggir kubah bagian barat daya. Belum bisa diketahui pasti apa kedua kubah lava itu akan bersatu menjadi satu kesatuan kubah lava.
Hanik menuturkan aktivitas Gunung Merapi hingga saat ini masih berstatus Siaga. Kondisi deformasi dan kandungan gas menurun. "Tidak ada pula tekanan magma berlebih sebagai indikasi tidak ada tambahan suplai magma serta arah dan ancaman erupsi masih ke barat daya,” ujarnya.
BPPTKG mencatat pula intensitas erupsi Gunung Merapi masih tergolong rendah dan jarak luncuran awan panas maksimal adalah 3,5 kilometer dari puncak. “Ini masih cukup jauh dari pemukiman penduduk yang jarak terdekatnya dari puncak 6,5 kilometer,” ujarnya.