Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengumumkan
saat ini pada hulu Kali Boyong dan Kali Krasak yang terletak di kaki Gunung Merapi sudah terdapat endapan awan panas sekitar 262.000 meter kubik.
Baca:
Gunung Merapi Siaga, Kubah Lava Baru Ditemukan di Tengah Kawah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Intensitas hujan yang tinggi di kawasan Merapi saat ini pun, dikhawatirkan sewaktu-waktu bisa menggelontorkan endapan vulkanis itu lalu memicu banjir lahar dingin dari material sisa erupsi yang ada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya wilayah Kabupaten Sleman yang waspada, Kota Yogyakarta pun ikut waspada karena aliran sungainya terhubung dengan sungai yang berhulu ke Merapi. Salah satunya Kali Boyong yang ke bawah terhubung langsung dengan Kali Code, sungai utama terbesar yang membelah Kota Yogyakarta.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Nur Hidayat menuturkan dengan aktivitas Merapi saat ini, kewaspadaan utama pada potensi banjir lahar dingin pada sungai di wilayah Kota Yogyakarta.
"Kami sudah mengecek 16 alat peringatan dini yang terpasang di bantaran tiga sungai Kota Yogyakarta. Semua alat berfungsi normal dan akan berbunyi jika potensi terjadi banjir," ujar Nur kepada Tempo, Minggu, 7 Februari 2021.
Alat EWS itu tersebar 7 unit untuk memantau Kali Code, 4 unit memantau Kali Winongo, dan 5 unit memantau Kali Gadjah Wong.
Nur mengatakan untuk memantau ketinggian sungai yang berpotensi memicu banjir itu, pihaknya juga sudah menempatkan personel pemantau secara bergantian di sejumlah posko pemantau ketinggian sungai.
Terutama di posko 1 di aliran Sungai Boyong di Ngentak Sinduharjo Ngaglik Sleman. Sungai Boyong di kaki Merapi itu menjadi hulu Sungai Code yang melintasi tengah Kota Yogyakarta.
Dari pantauan terakhir BPBD pada Sabtu 6 Februari 2021, ketinggian air yang melewati Ngentak saat itu sudah naik sekitar 1 meter dari dasar sungai.
"Kalau ketinggian air naiknya melampui 1,5 meter langsung kami bunyikan EWS agar warga bantaran sungai siaga dan bersiap dengan banjir," ujarnya.
Menurutnya apabila ketinggian air sungai di posko 1 sudah naik 70 cm saja, biasanya setengah jam kemudian sampai di aliran sungai di Kota Yogyakarta.
“Kami selalu pantau terus potensi bencana lahar dingin Gunung Merapi di sungai-sungai di kota karena Gunung Merapi sudah mengeluarkan awan panas dan kondisi musim hujan," kata Nur.
Jika ketinggian air sungai mengalami kenaikan, akan langsung dikomunikasikan melalui frekuensi radio dengan personel di bawah dan BPBD Kota Yogyakarta.
Untuk kesiapsiagaan dini menghadapi potensi bencana, BPBD Kota Yogyakarta melakukan penyiapan sarana prasarana penanganan bencana dari tingkat kota hingga Kampung Tangguh Bencana (KTB).
“Di tingkat KTB misalnya senso dan kendaraan roda tiga harus berfungsi, sehingga siap untuk menangani jika terjadi pohon tumbang. Kami bangun kewaspadaan masyarakat dan penanganan dini menghadapi bencana,” kata dia.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan dengan endapan material saat ini, masyarakat dan pemerintah daerah agar siap mengantisipasi bahaya lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi, terutama hulu Kali Boyong dan Krasak.
Hanik menuturkan pada periode minggu ini (29 Januari-4 Februari 2021) terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi sebesar 111 mm/jam selama 70 menit. Curah hujan tertinggi itu terjadi pada 29 Januari 2021 di Pos Kaliurang.
“Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi. Penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan,” kata Hanik.
PRIBADI WICAKSONO