Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Organisasi lingkungan Geopix menyatakan kekhawatiran atas kelangsungan hidup populasi gajah sumatera yang berada di sekitar area ekosistem Bukit Tiga Puluh, Jambi, dan menuntut pertanggungjawaban produsen ban Michelin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Habitat satwa liar yang terakhir dan sangat penting ini terancam rusak dan terdesak oleh PT Lestari Asri Jaya (LAJ), anak perusahaan dari PT Royal Lestari Utama (Michelin Group) yang bergerak di bidang produksi ban global dan perkebunan karet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Laporan terbaru Geopix mengungkap bagaimana janji karet Michelin justru menjerumuskan gajah sumatera menuju ambang kepunahan. “Kami mendesak agar MotoGP mengkaji ulang sponsorship Michelin agar balap MotoGP lebih ramah kepada gajah sumatera,” kata Annisa Rahmawati, Juru Kampanye Senior Satwa Liar Geopix, di Yogyakarta, Senin, 5 Mei 2025.
Konsesi grup Michelin di Jambi seluas 61.495 hektar berada di empat kecamatan yang berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. LAJ diduga telah membabat kawasan berhutan dengan keanekaragaman hayati tinggi untuk menanam karet monokultur yang tidak lestari.
Kawasan tersebut merupakan habitat penyangga dan koridor pergerakan gajah, yang terletak di dataran rendah tepat berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Daerah dataran rendah ini penting karena gajah tidak dapat hidup di taman nasional yang berbukit dan cukup terjal.
Dalam laporan Geopix, Michelin menetapkan sebagian wilayah dari Blok 4 LAJ sebagai wildlife conservation area (WCA) atau kawasan konservasi satwa liar dan menggunakannya untuk menarik banyak investor hijau.
Namun, temuan di lapangan menunjukkan wilayah WCA tersebut malah tidak sesuai dengan peruntukannya. Wilayah WCA kini telah banyak berubah menjadi perkebunan dan pemukiman ilegal bagi perambah yang masuk secara ilegal di kawasan tersebut, serta menjadi akses yang mudah untuk mencapai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.
Buruknya manajemen perusahaan tidak hanya mengancam wilayah WCA, tetapi juga membuka akses untuk aktivitas ilegal di taman nasional. Total, saat ini sudah ada lebih dari 363 bangunan dan sekitar 700 kepala keluarga tinggal di dalam area konservasi.
Dari 9.700 hektare lahan yang dialokasikan oleh LAJ/RLU untuk area konservasi, kini hanya tersisa sekitar 1.723 hektare, luas yang jauh dari cukup untuk menjadi habitat layak bagi gajah dan satwa liar lainnya.
Hal yang mengkhawatirkan lainnya adalah pembangunan pagar listrik nonstandar yang masif dan berpotensi mematikan oleh masyarakat di sekitar 44 titik lokasi yang diperkirakan memiliki panjang sekitar 46,6 kilometer di dalam wilayah WCA.
Seluruh pagar yang dipasang secara ilegal tersebut menghambat pergerakan gajah dan menutup akses mereka ke kawasan konservasi, serta berpotensi membunuh gajah dan satwa liar yang terancam punah serta manusia.
Pada 21 Maret 2025 lalu, Geopix melakukan pertemuan bilateral dengan perusahaan dalam skema keluhan yang difasilitasi oleh Global Platform Sustainable Natural Rubber (GPSNR) untuk menyampaikan temuan-temuan di lapangan dan menagih upaya konservasi yang dijanjikan Michelin di lanskap Bukit Tiga Puluh. Namun, hasilnya tidak memuaskan.
“Dengan tidak adanya target pembongkaran pagar listrik tersebut, kami menilai perusahaan tidaklah serius dan sangat minim tindakan nyata untuk melindungi gajah dari ancaman tersebut,” kata Annisa.
Ia menyebut sebagian besar pagar listrik masih beroperasi sampai saat ini dan ancaman terhadap satwa liar, terutama gajah dan manusia, semakin tinggi. “Jika pembiaran oleh Michelin ini tetap berlangsung, maka fungsi WCA sebagai kawasan perlindungan satwa liar, terutama untuk gajah, akan gagal sepenuhnya,” kata dia.
Andi Muttaqien, Direktur Eksekutif Satya Bumi, organisasi masyarakat sipil yang turut memantau Michelin sejak tahun 2022, mengatakan sebagai salah satu pendiri Platform Global untuk Karet Alam Berkelanjutan dan terlibat aktif dalam mempromosikan praktik terbaik dalam industri karet alam, “Michelin harus segera mengambil langkah serius mengambil peran kepemimpinan dalam menyelesaikan situasi kritis ini,” kata Andi.
Para penggerak kelestarian lingkungan ini mendesak agar Michelin melenyapkan semua ancaman langsung terhadap gajah. Caranya, semua pagar listrik ilegal wilayah LAJ, terutama di dalam area WCA, harus segera dibongkar. Lalu harus ada restorasi habitat, area WCA harus dikembalikan ke fungsi konservasi penuh, dimulai dari area kunci seperti tepi sungai dan wilayah yang berbatasan dengan taman nasional serta konsesi lainnya.
“Beri jalur bebas bagi satwa, gajah dan satwa liar lainnya harus diberi akses bebas melintasi konsesi tanpa hambatan seperti pagar, blokade, atau gangguan lainnya,” kata dia.
Ia menambahkan, pihak yang melakukan aktivitas ilegal di dalam konsesi harus ditindak tegas, termasuk mereka yang menggunakan area konsesi untuk mengakses ke wilayah lindung dan taman nasional.
Saat ini gajah sumatera yang masih bertahan di ekosistem Bukit Tiga Puluh tidak lebih dari 120 ekor. Tanpa langkah konkret, cepat, dan tegas dari Michelin, maka hutan dan satwa liar karismatik ini makin menghadapi ancaman serius.
Pilihan Editor: Gunung Semeru 3 Kali Erupsi Beruntun, Kolom Abu Capai 700 Meter