Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Pilah-pilih Jangkrik Kaya Protein untuk Pangan Alternatif Potensial

Profesor, ahli dan peternak bicara jangkrik sebagai pangan alternatif. Simak potensi yang ditawarkan.

12 Agustus 2020 | 13.04 WIB

Cacing bambu, ulat sutera dan jangkrik goreng disajikan di restoran Insect di Bangkok, Thailand. Tujuan menggunakan serangga dalam kuliner ini untuk merevolusi pandangan terhadap makhluk yang paling tidak dicintai manusia. AP/Sakchai Lalit
Perbesar
Cacing bambu, ulat sutera dan jangkrik goreng disajikan di restoran Insect di Bangkok, Thailand. Tujuan menggunakan serangga dalam kuliner ini untuk merevolusi pandangan terhadap makhluk yang paling tidak dicintai manusia. AP/Sakchai Lalit

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Jangkrik adalah salah satu pangan alternatif yang selama ini dipandang sebelah mata. Padahal jenis serangga atau hama ini bisa menambah nilai gizi karena kaya protein, selain bernilai ekonomi menjanjikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Jangkrik bisa dijadikan olahan pangan asal pengolahannya baik dan berlabel dan kita bisa membawanya ke market yang luas," kata pakar sistem integrasi peternakan dari IPB University, Asnath M. Fuah, melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu 12 Agustus 2020.

Saat ini, Asnath mengatakan, masyarakat Indonesia lebih mengedepankan penggunaan jangkrik sebagai pakan unggas. Permintaan tinggi untuk pakan unggas tersebut, menurut Asnath, membuat pemasok jangkrik belum memenuhi sehingga usaha budi daya jangkrik memiliki potensi ekonomi yang bagus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca juga:
Langur Borneo, Satwa Terancam Punah yang Belum Dilindungi

"Terutama budidaya jangkrik jenis kliring, cendawang, dan kalung yang memiliki produktivitas tinggi," kata pemilik gelar profesor itu sambil menambahkan pemeliharaan jangkrik mudah serta ramah lingkungan.

Pakar Satwa Harapan Fakultas Peternakan IPB University, Yuni Cahya Endrawati, mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peternak jika ingin budidaya jangkrik. Di antaranya adalah kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembapan.

Dia menuturkan, tempat budi daya harus sama dengan habitat aslinya. Selain itu, tipe opositor pada tubuh tiap jenis jangkrik harus diperhatikan karena akan menentukan manajemen penetasannya.

Baca juga:
Makan Serangga Bisa Atasi Kelaparan

Yuni mengatakan, berdasarkan perbandingan beberapa jenis jangkrik yang dibudidayakan di Indonesia, jangkrik bimaculatus atau kalung paling unggul baik dari umur hingga kandungan nutrisi lebih baik. "Jangkrik jenis mitratus memiliki penetasan yang lebih tinggi, tapi karakternya yang lincah membutuhkan penanganan agak sulit. Jadi inilah alasan mengapa bimaculatus lebih unggul."

Ahmad Anwari Ketua Kelompok Ternak Jangkrik Perwira Bekasi mengatakan budi daya jangkrik selain menguntungkan juga tidak memerlukan halaman yang luas untuk budidayanya. "Pakan pendamping pun sangat mudah didapatkan seperti daun pisang maupun rerumputan yang berkadar air tinggi," kata dia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus