Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Newsletter

Sekolah Informal Pelestari Alam

Mereka terjun ke desa untuk membantu masyarakat melalui sekolah informal dan komunitas.

19 Februari 2022 | 11.29 WIB

Sekolah Informal Pelestari Alam
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

URBAN
19 Februari 2022

Sekolah Informal Pelestari Alam

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Mereka terjun ke desa untuk membantu masyarakat, terutama anak-anak dan perempuan, mengembangkan pengetahuan dan kapasitasnya melalui sekolah informal dan komunitas. Berkat mereka, masyarakat setempat merasakan manfaat dari alam yang lestari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka mengajarkan banyak hal kepada masyarakat desa. Diah Widuretno, misalnya. Melalui Sekolah Pagesangan yang ia dirikan di Dusun Wintaos, Desa Girimulya, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Diah mengajarkan tentang pertanian. Anak-anak belajar tentang pertanian berkelanjutan setiap akhir pekan dengan didampingi fasilitator.

Sekolah serupa didirikan oleh Brigita Laura Fatria di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Ia menamainya Sekolah Rimbawan Kecil atau Serincil. Mulanya sekolah itu bertujuan memberikan pelajaran tambahan dan penyembuhan trauma pada anak-anak korban gempa yang mengguncang desa itu pada 2012.

Lola, panggilan Brigita, mengajari mereka perihal pertanian, konservasi, reboisasi, hingga menyemai bibit pohon keras. Pelajaran tersebut sangat bermanfaat bagi anak-anak yang tinggal bersebelahan dengan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak itu.

Adapun di Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar, Nurhayati bersama komunitas Womangrove berjuang memberikan pemahaman kepada para perempuan di pulau itu mengenai pentingnya hutan mangrove bagi daerah pesisir. Para perempuan tersebut diberdayakan untuk beragam kegiatan, di antaranya menanam pohon bakau.

Apa yang mereka lakukan menumbuhkan inspirasi. Juga harapan bahwa ada banyak orang baik yang peduli pada masa depan bumi. Selamat membaca.

Sapto Yunus
Redaktur Pelaksana

POKOK TOKOH

CATATAN PINGGIR

Luka Panjang
Revolusi Prancis gagal. Juga gerakan sosial berikutnya. Cita-cita sosialisme membentur tembok feodalisme. Mengapa?

BAHASA

Arti Nusantara
Mengapa pemerintah menamai ibu kota baru di Kalimantan dengan nama Nusantara? Telaah bahasa atas penamaan yang rancu dengan makna gugusan 17.000 pulau Indonesia.

WAWANCARA

Nur Haryanto

Pemerhati olahraga, mantan wartawan Tempo

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus