Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

Cucu Muhammad Ali, Nico Ali Walsh, Jalani Debut dengan Kemenangan KO

Nico Ali Walsh meraih kemenangan KO pada pertarungan debutnya sebagai petinju profesional.

18 Agustus 2021 | 11.39 WIB

Nico Ali Walsh, petinju yang juga cucu Muhammad Ali. (instagram/@nicoaliwalsh)
Perbesar
Nico Ali Walsh, petinju yang juga cucu Muhammad Ali. (instagram/@nicoaliwalsh)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Cucu dari legenda Muhammad Ali, Nico Ali Walsh, menjalani debut sebagai petinju profesional pada akhir pekan kemarin. Nico meraih kemenangan KO pada ronde pertama melawan Jordan Weeks.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Bertarung pada kelas menengah, Nico mengakhiri perlawanan Weeks dengan waktu hanya satu menit 49 detik. Dia memukul jatuh Weeks sehingga wasit menghentikan pertandingan yang berlangsung di Oklahoma, Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada pertarungan itu, Nico mengenakan celana berwarna putih dengan garis hitam yang sama seperti digunakan Ali saat masa kejayaannya. Dia pun mengaku terinsiprasi dari kakeknya yang meninggal pada Juni lima tahun lalu.

"Jelas itu adalah kakek saya (yang menjadi inspirasi dia)," kata Nico usai pertandingan seperti dilansir laman ESPN. "Saya sering memikirkan soal dia. Saya sangat merindukannya. Ini adalah perjalanan yang sangat emosional."

"Saya dan dia (Weeks) membuat sedikit sejarah hari ini. Kemenangan ini jelas melebihi harapan saya," kata dia.

Nico Ali Walsh merupakan anak dari Rasheda Ali dan Robert Walsh. Dia menandatangani kontrak dengan promotor Bob Arum pada Juni lalu untuk mengawali debutnya sebagai petinju profesional pada usia 21 tahun.

Muhammad Ali lahir dengan nama Cassius Marcellus Clay Jr pada Januari 1942. Sebelum menjadi petinju profesional, dia sempat meraih medali emas tinju kelas berat Olimpiade 1960.

Empat tahun berselang dia merebut gelar juara kelas duniaa dari tangan Sonny Liston. Gelar itu lepas dari genggamannya setelah dia masuk penjara pada 1966 karena menolak menjalani wajib militer dan dikirim ke Vietnam oleh pemerintah Amerika Serikat.

Pada 1971, Mahkamah Agung Amerika Serikat mengabulkan permohonan peninjauan kembali kasusnya. Tahun yang sama dia mengalami kekalahan pertamanya saat menghadapi Joe Frazier dalam perebutan gelar juara kelas berat WBA/WBC.

Tiga tahun berselang, Ali merengkuh kembali gelar juara kelas berat setelah memukul KO George Foreman dalam pertarungan yang berlangsung di Kinshasa, Afrika Selatan. Duel bertajuk "Pertarungan di Hutan" itu ditonton lebih dari 1 miliar orang melalui siaran televisi, jumlah penonton terbanyak saat itu.

Ali memutuskan menggantung sarung tinju pada 1981 dengan rekor 56 kemenangan, 37 diantaranya dengan KO, dan lima kekalahan.

Nico Ali disebut mencoba mengikuti jejak kakeknya untuk menjadi petinju legendaris dunia. Dia berlatih di sasana Vegas Top Rank dengan pelatih Sugarhill Steward yang pernah menangani Tyson Fury. Walsh mengakui bahwa menjadi cucu Muhammad Ali merupakan beban baginya. Pasalnya, menurut dia, Ali merupakan petinju terbaik sepanjang masa. Dia pun berencana memensiunkan celana sang kakek yang dia gunakan.

"Itu seperti beban berat bagi saya, dia adalah kakek saya," kata Nico. "Dia adalah petinjut terbaik yang pernah ada, mungkin orang terbaik. Saya tak akan memakai celana ini lagi."

Promotor Bruce Tampler meyakini Nico Ali akan dapat mewujudkan impiannya mengikut jejak sang kakek. Menurut dia, Nico saat ini sudah berada di jalur yang tepat untuk menuju ke sana.

"Saya melihat dia berlatih setiap hari selama sebulan. Dia terus belajar. Dia sempat absen bertanding dalam dua tahun terakhir. Sugarhill pernah melatih Fury dan petinju lainnya. Ini adalah soal membangun hubungan antara pelatih dan petinju dan anda tak bisa membayangkan beban yang dia tanggung malam ini. Itu sangat menyenangkan dan dia adalah anak yang hebat," kata Tampler.

Nico Ali Walsh memang baru memulai karirnya di dunia tinju. Akan tetapi berbagai pengamat melihat dia memiliki gaya yang mirip dengan Muhammad Ali. Para penikmat tinju pun tampaknya akan kembali melihat seorang yang terbang lincah seperti kupu-kupu dan memiliki pukulan menyengat seperti seekor lebah.

ESPN

Febriyan

Lulus dari Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada pada 2009 dan menjadi jurnalis Tempo sejak 2010. Pernah menangani berbagai isu mulai dari politik hingga olah raga. Saat ini menangani isu hukum dan kriminalitas

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus