Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

Sering Crash di MotoGP, Marc Marquez Harus Contoh Valentino Rossi?

Marc Marquez sekali lagi bergulat dengan masalah cedera yang mencengkeramnya pada akhir MotoGP 2021.

23 Maret 2022 | 09.35 WIB

Pembalap Repsol Honda Team Marc Marquez memacu sepeda motornya saat sesi latihan bebas 2 MotoGP seri Pertamina Grand Prix of Indonesia 2022 di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok Tengah, NTB, Jumat, 18 Maret 2022. Ajang balapan MotoGP seri kedua 2022 tersebut berlangsung pada 18-20 Maret 2022. ANTARA/Andika Wahyu
Perbesar
Pembalap Repsol Honda Team Marc Marquez memacu sepeda motornya saat sesi latihan bebas 2 MotoGP seri Pertamina Grand Prix of Indonesia 2022 di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok Tengah, NTB, Jumat, 18 Maret 2022. Ajang balapan MotoGP seri kedua 2022 tersebut berlangsung pada 18-20 Maret 2022. ANTARA/Andika Wahyu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Marc Marquez sekali lagi bergulat dengan masalah cedera yang mencengkeramnya pada akhir MotoGP 2021. Setelah menjalani pemulihan pada jeda musim, seharusnya ia bisa kembali menunggangi Honda RC213V terbarunya dan kembali ke persaingan pembalap papan atas musim 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Namun, pembalap Repsol Honda kembali menghadapi masalah penglihatan ganda atau diplopia setelah kecelakaan saat pemanasan MotoGP Indonesia. Dalam perjalanan pulang, pembalap Spanyol itu merasakan bahwa penglihatannya mulai memburuk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dokter Sanchez Dalmau, dokter yang menangani cederanya sejak November lalu, telah mengkonfirmasi bahwa Marquez memiliki episode baru diplopianya. Melalui akun Instagramnya, Marquez menuliskan, "Beruntung itu tidak serius daripada cedera yang saya alami pada akhir tahun lalu, tetapi sekarang saatnya untuk beristirahat."

Sebelumnya, Marquez itu tampak bakal kembali ke level teratas pada 2021 setelah menang balapan di Sirkuit Misano MotoGP Emilia Romagna pada 24 Oktober. Juara dunia tujuh kali itu telah pulih sepenuhnya dari masalah bahu kanannya dan berhasil menang di Jerman, Amerika Serikat, dan Italia.

Patah tulang lengan kanannya seolah tidak lagi menjadi masalah dalam gaya balapan Marquez. Namun, beberapa hari setelah kemenangannya di Italia, Marquez berlatih dengan motor trail-nya untuk tes off-road. Tabrakan dalam latihan menyebabkan MM93 mengalami kembali diplopia yang pernah juga ia alami pada 2011 saat berkiprah di Moto2.

Kala itu, Marquez pun harus merelakan dua balapan terakhir dan mimpi merebut gelar juara kelas menengah di tahun pertamanya. Setelah menjalani operasi dan rehabilitasi panjang, ia kembali dan memenangkan gelar juara dunia Moto2 2012.

Menurut laporan Tuttomotoriweb, Marc Marquez adalah salah satu pembalap yang paling sering mengalami kecelakaan. Salah satu kesalahan paling umum ia alami adalah kehilangan bagian depan ketika mencapai batas dalam pengereman. Pada 2019, ia tergelincir 14 kali.

Pembalap Marc Marquez memimpin balapan dimana rivalnya dari tim Yamaha, Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi berada dibelakang dalam MotoGP Jepang di sirkuit Twin Ring Motegi, Tokyo, Jepang, 16 Oktober 2016. Keluar sebagai Juara Dunia MotoGP 2016 di ajang GP Jepang ini, tidak luput dari terjatuhnya Lorenzo dan Rossi sehingga tidak dapat meningkatkan poin yang telah dikumpulkannya selama ini. AP Photo

Pada 2018, ia terjatuh sebanyak 23 kali, sedangkan pada 2017 ia bahkan jatuh 27 kali. Pada dua tahun pertama MotoGP, pembalap Spanyol itu tergelincir sebanyak 11 kali pada 2014 dan 15 kali pada 2013. Banyak yang menganggap bahwa Marquez selalu perlu jatuh untuk memahami batasannya.

Di masa lalu, Valentino Rossi juga pernah bernasib sama. Pembalap berjuluk The Doctor itu bahkan harus mengubah pendekatan membalapnya. Selama 26 tahun karirnya, Rossi berhasil menjaga fisiknya dengan baik. Ia sangat jarang terjatuh. Sebelum tahun 2010, sangat jarang para penggemar MotoGP melihat pembalap Italia itu tergelincir di gravel.

Di Mugello, pada 5 Juni 2010, Valentino Rossi mengalami cedera serius lima belas menit menjelang akhir sesi latihan bebas kedua. Akibatnya, ia mengalami patah tulang tibia dan fibula kaki kanan yang tergeser dan terbuka. Ia sempat menjalani perawatan.

Sejak itu, Rossi mengubah pendekatannya dan mengubah gaya balapnya. Yang paling signifikan, ia mengubah gaya menikung dari posisi tubuh yang sedikit lebih tinggi ke gaya elbow down dengan menurunkan siku saat berada di tikungan.

Hasilnya, ia berhasil bersaing memperebutkan gelar juara dunia 2015 melawan rekan setimnya yang jauh lebih muda, Jorge Lorenzo. Dari Lorenzo juga, ia belajar gaya balap yang lebih halus. Cara beradaptasi itu membuat The Doctor bisa mengakhiri kariernya pada usia 42 tahun.

Pada titik tertentu, Marc Marquez, juga Valentino Rossi di sisi lain, menyadari bahwa mereka perlu mendengarkan nasihat dari dokter dan timnya dalam menunjang karier balapnya. Marquez jauh lebih muda dari Rossi. Dengan usia menginjak 29 tahun, ia mungkin bisa mengadaptasi strategi Rossi untuk bisa bersaing di MotoGP.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus