Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sesudah Sadikin, Ada Presidium

Ali Sadikin mengundurkan diri sebagai ketua umum PSSI, wewenang ketua umum dialihkan pada presidium yang terdiri dari suparjo pontjowinoto, syarnubi said dan hans pandelaki. (or)

18 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMA Ali Sadikin akan makin berkurang disebut dan diberitakan orang. Terhitung 6 Oktober ia menonaktifkan diri sebagai Ketua Umum PSSI. Alasannya kesibukan di luar tugas organisasi sepakbola. Ia akhir-akhir ini aktif berpolitik. "Saya tak mau menyulitkan PSSI," kata Ali Sadikin. "Makanya saya mundur." Namun ia membantah bahwa pengunduran dirinya disebabkan tekanan pihak tertentu di luar PSSI. "Semua itu berita bohong." lanjut Sadikin. "Keputusan untuk non aktif saya ambil atas kesadaran sendiri." Itu tertuang dalam suatu Surat Keputusan Pengurus Harian PSSI pekan lalu yang ditandatanganinya sendiri. Kosasih Purwanegara SH, bekas Ketua Umum PSSI membenarkan pengakuan Sadikin. "Cuma saya tidak menyangka keputusannya itu akan keluar begitu cepat," kata Kosasih yang agak dekat dengan keluarga Sadikin: Untuk melaksanakan tugas dan kewajiban Ketua Umum PSSI sehari-hari Sadikin melimpahkan wewenang kepada presidium yang terdiri dari Suparjo Pontjowinoto, Syarnubi Said dan Hans Pandelaki. Ketiganya, sebelum dibebani tugas baru, masing-masing menjabat Ketua Bidang Organisasi, Ketua Bidang Lembaga-Lembaga Sepakbola dan Sekretaris IJmum PSSI. "Presidium dipilih berdasarkan rapat pengurus harian," kata Sadikin. Reaksi tokoh sepakbola nasional maupun daerah terhadap pengunduran diri Sadikin hampir senada. Mulai dari Djoko Sutopo (Surabaya), Erwin Baharuddin (Jakarta) sampai Wahab Abdi (Medan) menyatakan salut atas keputusan Sadikin. Tentang presidium penilaian macam-macam. Wahab, misalnya, meragukan Suparjo, sebagai orang yang tahu sepakbola. Djoko mengkhawatirkan konsistensi ucapan maupun keputusan dari presidium. Karena itu ia menyarankan agar tugas presidium membenahi masalah administrasi saja. Hanya Erwin menilai Sadikin telah memilih orang yang tepat. "Dedikasi mereka itu tak perlu diragukan," katanya. "Mereka bukan orang baru di PSSI." Sebelum duduk dalam kepengurusan Sadikin, Suparjo dan Syarnubi pernah bekerjasama dengan Kosasih, sedang Pandelaki dengan Bardosono. Bahkan "untuk kondisi sekarang Suparjo maupun Syarnubi pantas buat menjadi Ketua Umum PSSI," tambah Erwin. Presidium -- dua hari setelah dikukuhkan -- membatalkan ikut sertanya PSSI dalam turnamen Piala Raja di Bangkok, pertengahan November. "Kita diminta mengirimkan kesebelasan nasional," kata Suparjo. Sedang "PSSI Utama sudah punya rencana lain." Semula akan dikirim Persiraja, juara nasional 1980, namun itu tak memenuhi persyaratan panitia Piala Raja. Keputusan lain dari presidium adalah pengangkatan Maulwi Saelan sebagai pembina khusus perserikatan -- sejajar dengan Ketua Bidang Lembaga-Lembaga Sepakbola -- serta menjadi pelaksana proyek PSSI Junior untuk Kejuaraan Asia di Manila (November) dan lawatan ke Arab Saudi (Desember). Dan Frans Hutasoit, boss Klub Jayakarta dijadikan pelaksana proyek PSSI Pratama serta Galatama Selection. "Dalam kongres nanti (direncanakan Agustus 1981) tetap saya yang bertanggungjawab," kata Sadikin. Sadikin jadi Ketua Umum PSSI lewat Kongres Luar Biasa (KLB) di Semarang, Agustus 1977. Bekas Gubernur DKI ini menggantikan Bardosono. Waktu itu Sadikin sama sekali tak meluncurkan janji muluk. Ia mengatakan program utamanya ialah memperbaiki disiplin organisasi dan menciptakan iklim kerja keras. Kosasih menilai memang penertiban organisasi ini yang menonjol dalam kepengurusan Sadikin. "Administrasi PSSI sekarang ini jauh lebih baik dibandingkan dulu," kata Erwin yang pernah aktif di bawah Bardosono. Ini juga dibenarkan oleh Djoko. "Yang masih belum tercapai oleh Sadikin adalah prestasi di lapangan," ujar Maladi bekas Ketua Umum PSSI, dua dekade lalu. Dalam kepengurusan Ali Sadikin, prestasi terbaik tim nasional adalah sebagai runner up turnamen Piala Presiden di Seoul. September 1980. Tapi kenapa presidium sebagai penggantinya? Ir. Soetijono J. Allis, bekas ketua panitia penyempurnaan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga PSSI dalam Kongres PSSI di Semarang, 1977, menyebut penunjukan presidium itu bertentangan dengan AD/ART. Seyogyanya, menurut Soetijono, pejabat Ketua Umum PSSI ditunjuk. Semula pengurus harian PSSI memang ingin memilih pejabat Ketua Umum. Yaitu Suparjo sendiri. "Lantaran selama ini sudah diterapkan sistem musyawarah, maka ditetapkanlah presidium," cerita Suparjo. Ia menambahkan pembentukan presidium dibenarkan oleh pasal dalam AD/ART yang berbunyi: bila Ketua Umum PSSI tidak bisa aktif, maka pelaksanaan tugas harian dilakukan oleh wakil-wakilnya. Wewenang presidium, menurut Suparjo, tidaklah identik dengan wewenang ketua umum. "Kami masih bertanggungjawab kepada ketua umum," katanya. "Bila Salikin melihat kami menyimpang dari kebijaksanaan kepemimpinannya selama ini, dia bisa saja mencabut kembali wewenang yang diberikannya." Rencana utama presidium? "Mempersiapkan sidang paripurna (SPP) PSSI," jawab Suparjo. SPP dilangsungkan tiap tahun. Tahun ini tema pokoknya adalah evaluasi terhadap pola pembinaan sepakbola, penyesuaian organisasi dengan kondisi nasional, dan persiapan menghadapi Kongres PSSI 1981. Nama yang banyak disebut bakal menggantikan Sadikin dalam Kongres nanti (1981) adalah Probosutejo, pengusaha dan boss Klub Mercu Buana, Solichin GP, Sekdalobang dan Ketua Umum Persib, serta Rujito, bekas dubes RI untuk Papua Nugini. Tapi Probosutejo mengatakan dirinya menolak untuk menggantikan Sadikin. Lainnya belum memberi komentar. "Yang berhak menentukan pimpinan PSSI adalah Kongres PSSI, "kata Maladi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus