Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tanpa Pelatih Asing, Dengan Yoga

Donald pandiangan, 34, dilatih Nana Kosasih, prestasinya meningkat. Ia memecahkan 3 rekornas seleksi nasional panahan. Dan diharapkan 6 medali emas Sea Games X dapat diraihnya. (or)

7 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI tangan pelatih dalam negeri, Donald Pandiangan, 34 tahun, ternyata juga mampu menarik busur prestasi. Tiga rekor nasional berhasil dibidiknya dalam seleksi nasional panahan, Juni lalu. Angka prestasi baru itu, masing-masing 324 (rekor lama: 323) untuk nomor 70 m tunggal, 322 (317) buat nomor 50 m tunggal, dan 632 (625) bagi nomor 50 m ganda. Pelatihnya sekarang adalah drs. Nana Kosasih. Tahun lalu, Pandiangan diasuh oleh Tadeusz Purzycki, dari Polandia, untuk diterjunkan dalam Asian Games VIII di Bangkok. Tapi ia gagal memenuhi harapan. Tim Indonesia hanya meraih medali perunggu. Tanpa ada perbaikan rekor dalam negeri. Kegagalan itu, menurut dia, disebabkan Purzycki melakukan perombakan teknik, timing dan moment dari pemanah. "Untuk melakukan perombakan diperlukan waktu yang panjang, minimal 6 bulan," kata Pandiangan. Pelatih asal Polandia itu cuma bertugas 1« bulan. Kalau Lebih Tinggi Untuk SEA Games X, pelatnas sudah dimulai sejak Juni, tim panahan Indonesia kelihatan akan diserahkan di tangan Kosasih sendiri. Sekjen Komite Olympiade Indonesia, Soeworo sampai pekan lalu belum mendapatkan pelatih asing yang cocok buat mereka. Para atlit menghendaki seorang pelatih dari Amerika Serikat. Mengapa? "Pelatih dari sana lebih cocok buat kita," tambah Pandiangan. Kelebihan orang dari AS, menurutnya, tak hanya dari segi teknik, juga pendekatan dengan olahragawan. "Pelatih dari sana, umumnya, tak mau merobah teknik seorang atlit secara drastis," lanjut juara nasional itu. "Di samping itu, mereka juga lebih banyak memberi kebebasan." Contoh kebebasan yang dikemukakan, misalnya, jika seorang atlit sudah mantap dan terbiasa dengan teknik yang dipunyainya, sejauh ini tidak mengganggu akan dibiarkannya. Prinsip itu ditiru oleh Kosasih. Hasilnya, ternyata tak mengecewakan. Pemanah Adang Ajiji, dari Jawa Barat, misalnya, berhasil memperbaiki angka bidikannya dengan sistim latihan demikian. Angka totalnya, untuk nomor 90 m, 70 m, 50 m, 30 m tunggal, sekarang adalah 1213. Catatan itu tak perndh dijangkaunya sebelumnya. Akan Pandiangan, tetap yang terbaik. Sekalipun ia tidak memiliki fisik ideal seorang pemanah. Tingginya 159« cm dan berat badan 60 kg. "Kalau saja saya bisa lebih tinggi, prestasi akan lebih baik," ujar Pandiangan. Tubuh yang pendek bagi seorang pemanah akan mempengaruhi jarak tarikan tali busur. Tarikan Pandiangan hanya 26 3/4 inci (67 cm). Akibatnya, jalan anak panahna agak parabola (melengkung). Tapi kekurangan itu, diimbanginya dengan latihan keras. Tiga rekor nasional yang dibuatnya kemarin adalah hasil latihannya sejak Januari. Ia berlatih 4 sampai 5 kali dalam seminggu, secara teratur. "Susahnya, pertandingan di sini kurang. Paling kejuaraan nasional, setahun sekali," keluhnya. "Faktor ini, cukup menghambat prestasi." Di AS, hampir setiap bulan ada pertandingan. Tapi ia punya "kelebihan". Ia juga melengkapi diri dengan latihan yoga. "Untuk konsentrasi," katanya. "Faktor ini menentukan sekali bagi pemanah." Pandiangan mengaku telah belajar yoga selama 10 tahun -- 3 musim sebelum ia mengenal busur. Tim panahan Jakarta untuk PON IX, 1977 pernah pula membekali atlitnya dengan pelajaran suryanamaskar, bagian dari yoga guna meningkatkan daya konsentrasi mereka. Pelajaran untuk mengatur pernafasan dan pengendoran otot ini diberikan hampir 1 bulan. Ternyata hasilnya tak mengecewakan. Regu Jakarta hampir memborong semua medali emas PON IX. Pelatih tim Jakarta, waktu itu, juga Kosasih. Bagaimana sekarang? "Saya tidak memberikannya," kata Kosasih. Alasannya, atlit yang dipersiapkan untuk SEA Games X datang dari berbagai daerah. "Belum tentu mereka menyukai latihan itu." Pandiangan, sehari-hari karyawan Angkasa Pura, untuk SEA Games X akan merupakan tulang punggung bagi pengumpulan medali. Dari 7 medali emas yang diperkirakan 6 di antaranya dibebankan di pundaknya. Medali yang diperebutkan, putera dan puteri, jumlahnya 12 buah. Mungkinkah ia mencapai target? Pandiangan, meraih 4 medali emas SEA Games IX, menolak untuk memberi komentar. Tapi di kawasan semenanjung Asia, saingannya hanya Juan Santos, pemanah Pilipina yang merenggut 2 medali emas di SEA Games IX. Medali tambahan bagi tim Indonesia diharapkan Koasih dari tim puteri. Sebelum turun ke gelanggang SEA Games X, minggu depan regu panahan Indonesia akan menguji ketrampilan dalam Kejuaraan Dunia Panahan XXX di Berlin, Jerman Barat. Target? "Kalau 3 pemanah masing-masing bisa mencapai skors 1200, saya optimis kita bisa menempati urutan ketujuh," ramal Kosasih. Dari 4 pemanah putera, Pandiangan, Ajiji, Boy Suharyo, Hidayat Hadian, hanya dua nama pertama yang telah mencapai target itu. Dalam Kejuaraan nunia di Canberra, 1977 tim Indonesia menempati urutan ke-10.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus