Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI tangan pelatih dalam negeri, Donald Pandiangan, 34 tahun,
ternyata juga mampu menarik busur prestasi. Tiga rekor nasional
berhasil dibidiknya dalam seleksi nasional panahan, Juni lalu.
Angka prestasi baru itu, masing-masing 324 (rekor lama: 323)
untuk nomor 70 m tunggal, 322 (317) buat nomor 50 m tunggal, dan
632 (625) bagi nomor 50 m ganda. Pelatihnya sekarang adalah drs.
Nana Kosasih.
Tahun lalu, Pandiangan diasuh oleh Tadeusz Purzycki, dari
Polandia, untuk diterjunkan dalam Asian Games VIII di Bangkok.
Tapi ia gagal memenuhi harapan. Tim Indonesia hanya meraih
medali perunggu. Tanpa ada perbaikan rekor dalam negeri.
Kegagalan itu, menurut dia, disebabkan Purzycki melakukan
perombakan teknik, timing dan moment dari pemanah. "Untuk
melakukan perombakan diperlukan waktu yang panjang, minimal 6
bulan," kata Pandiangan. Pelatih asal Polandia itu cuma
bertugas 1« bulan.
Kalau Lebih Tinggi
Untuk SEA Games X, pelatnas sudah dimulai sejak Juni, tim
panahan Indonesia kelihatan akan diserahkan di tangan Kosasih
sendiri. Sekjen Komite Olympiade Indonesia, Soeworo sampai pekan
lalu belum mendapatkan pelatih asing yang cocok buat mereka.
Para atlit menghendaki seorang pelatih dari Amerika Serikat.
Mengapa? "Pelatih dari sana lebih cocok buat kita," tambah
Pandiangan.
Kelebihan orang dari AS, menurutnya, tak hanya dari segi teknik,
juga pendekatan dengan olahragawan. "Pelatih dari sana, umumnya,
tak mau merobah teknik seorang atlit secara drastis," lanjut
juara nasional itu. "Di samping itu, mereka juga lebih banyak
memberi kebebasan." Contoh kebebasan yang dikemukakan, misalnya,
jika seorang atlit sudah mantap dan terbiasa dengan teknik yang
dipunyainya, sejauh ini tidak mengganggu akan dibiarkannya.
Prinsip itu ditiru oleh Kosasih. Hasilnya, ternyata tak
mengecewakan. Pemanah Adang Ajiji, dari Jawa Barat, misalnya,
berhasil memperbaiki angka bidikannya dengan sistim latihan
demikian. Angka totalnya, untuk nomor 90 m, 70 m, 50 m, 30 m
tunggal, sekarang adalah 1213. Catatan itu tak perndh
dijangkaunya sebelumnya.
Akan Pandiangan, tetap yang terbaik. Sekalipun ia tidak memiliki
fisik ideal seorang pemanah. Tingginya 159« cm dan berat badan 60
kg. "Kalau saja saya bisa lebih tinggi, prestasi akan lebih
baik," ujar Pandiangan. Tubuh yang pendek bagi seorang pemanah
akan mempengaruhi jarak tarikan tali busur. Tarikan Pandiangan
hanya 26 3/4 inci (67 cm). Akibatnya, jalan anak panahna agak
parabola (melengkung).
Tapi kekurangan itu, diimbanginya dengan latihan keras. Tiga
rekor nasional yang dibuatnya kemarin adalah hasil latihannya
sejak Januari. Ia berlatih 4 sampai 5 kali dalam seminggu,
secara teratur. "Susahnya, pertandingan di sini kurang. Paling
kejuaraan nasional, setahun sekali," keluhnya. "Faktor ini,
cukup menghambat prestasi." Di AS, hampir setiap bulan ada
pertandingan.
Tapi ia punya "kelebihan". Ia juga melengkapi diri dengan
latihan yoga. "Untuk konsentrasi," katanya. "Faktor ini
menentukan sekali bagi pemanah." Pandiangan mengaku telah
belajar yoga selama 10 tahun -- 3 musim sebelum ia mengenal
busur.
Tim panahan Jakarta untuk PON IX, 1977 pernah pula membekali
atlitnya dengan pelajaran suryanamaskar, bagian dari yoga guna
meningkatkan daya konsentrasi mereka. Pelajaran untuk mengatur
pernafasan dan pengendoran otot ini diberikan hampir 1 bulan.
Ternyata hasilnya tak mengecewakan. Regu Jakarta hampir
memborong semua medali emas PON IX. Pelatih tim Jakarta, waktu
itu, juga Kosasih.
Bagaimana sekarang? "Saya tidak memberikannya," kata Kosasih.
Alasannya, atlit yang dipersiapkan untuk SEA Games X datang dari
berbagai daerah. "Belum tentu mereka menyukai latihan itu."
Pandiangan, sehari-hari karyawan Angkasa Pura, untuk SEA Games X
akan merupakan tulang punggung bagi pengumpulan medali. Dari 7
medali emas yang diperkirakan 6 di antaranya dibebankan di
pundaknya. Medali yang diperebutkan, putera dan puteri,
jumlahnya 12 buah. Mungkinkah ia mencapai target? Pandiangan,
meraih 4 medali emas SEA Games IX, menolak untuk memberi
komentar. Tapi di kawasan semenanjung Asia, saingannya hanya
Juan Santos, pemanah Pilipina yang merenggut 2 medali emas di
SEA Games IX. Medali tambahan bagi tim Indonesia diharapkan
Koasih dari tim puteri.
Sebelum turun ke gelanggang SEA Games X, minggu depan regu
panahan Indonesia akan menguji ketrampilan dalam Kejuaraan Dunia
Panahan XXX di Berlin, Jerman Barat. Target? "Kalau 3 pemanah
masing-masing bisa mencapai skors 1200, saya optimis kita bisa
menempati urutan ketujuh," ramal Kosasih. Dari 4 pemanah putera,
Pandiangan, Ajiji, Boy Suharyo, Hidayat Hadian, hanya dua nama
pertama yang telah mencapai target itu. Dalam Kejuaraan nunia di
Canberra, 1977 tim Indonesia menempati urutan ke-10.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo