Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PRIA sepuh itu sesekali tersenyum hangat, matanya berbinar, seraya mendengarkan dengan tekun. Di hadapannya, belasan warga setempat—beberapa pernah menjadi santri di Pesantren Sabilil Muttaqien, di Desa Takeran, Magetan, Jawa Timur, yang menjadi lokasi pertemuan pada akhir Agustus lalu itu—bergiliran bercerita soal pengalaman mereka lebih dari 50 tahun lampau.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo