Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Wamendikti: Sekolah Unggulan Garuda Terbuka untuk Peserta Didik Disabilitas

Stella Crishtie mengatakan Sekolah Unggulan Garuda terbuka untuk siswa berprestasi dengan disabilitas.

18 Mei 2025 | 10.37 WIB

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie di Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, D.I Yogyakarta, 4 Februari 2025. Antara/Luqman Hakim
Perbesar
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie di Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, D.I Yogyakarta, 4 Februari 2025. Antara/Luqman Hakim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaiklnstek) Stella Crishtie mengatakan Sekolah Unggulan Garuda dirancang untuk siswa-siswa berprestasi dari seluruh daerah di Indonesia, termasuk peserta didik dengan disabilitas. Dia menyebut semua sistem baik sarana maupun prasarana diciptakan dengan mempertimbangkan aspek ramah disabilitas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Karena kami mempunyai kesempatan untuk membangun bangunannya, semuanya itu dibangun dengan pemikiran bahwa mereka pun yang mempunyai disabilitas akan bisa bersekolah di sekolah tersebut," ujar Stella dalam forum dialog bersama media di kantornya, Jakarta, Sabtu, 17 Mei 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kendati demikian, Stella mengatakan tidak akan ada kuota khusus bagi penyandang disabilitas maupun kuota khusus dalam kategori lainnya. Stella menjelaskan, Sekolah Garuda merupakan cita-cita besar Presiden Prabowo Subianto, bahkan sejak pertama kali ia diminta untuk mengisi kursi wakil menteri. 

Dalam ide Kepala Negara, Stella berujar, sekolah ini menjadi langkah awal pemerintah mempercepat perkembangan sains dan teknologi dengan merekrut siswa-siswa yang berprestasi secara akademik tanpa terkecuali. Baik masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas maupun masyarakat miskin, atau kondisi tertentu lainnya. 

"Tidak akan ada kuota khusus, karena ini diberikan akses penyeimbang untuk semuanya, tetapi pembangunannya itu dibikirkan kalau mereka pun yang disabilitas itu bisa masuk," tuturnya. 

Walaupun tidak ada kuota khusus, Stella menambahkan, pemerintah telah menetapkan kriteria penilaian yang di dalamnya mempertimbangkan segala aspek, termasuk aspek ekonomi, pemerataan keterwakilan wilayah, dan kondisi khusus. Misalnya, dia mencontohkan, dengan standar prestasi yang sama, murid yang memiliki latar belakang ekonomi lebih rendah akan memiliki peluang lebih tinggi untuk diterima dibanding siswa dengan ekonomi yang lebih mampu. 

Kondisi lain, dengan standar prestasi yang sama, siswa yang berasal dari daerah yang lebih terpencil memiliki poin lebih besar untuk dipilih. Stella menyebut sistem penerimaan murid baru di Sekolah Garuda sepenuhnya berada dalam kewenangan pemerintah pusat. "Jadi dengan sistem itu kita bisa sungguh-sungguh memberikan akses yang merata," ucap dia. 

Stella menjelaskan, standar penilaian yang akan diterapkan oleh Kemendiktisaintek hanya untuk tiga mata pelajaran saja, yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika. Dia menyebut sengaja hanya memilih matematika sebagai standar penilaian karena dianggap sebagai mata pelajaran yang penyebaran kualitasnya paling merata, jika dibandingkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam atau Ilmu Pengetahuan Sosial. 

"Walaupun belum sepenuhnya merata, tapi matematika lebih mending dibanding guru IPA dan lain sebagainya," kata dia. 

Nantinya, siswa yang ingin masuk ke Sekolah Garuda mengisi formulir pendaftaran yang disediakan oleh pusat dengan menginput nilai-nilai tersebut. Setelahnya, mereka diperbolehkan memilih asrama Sekolah Garuda mana mereka tempati. Setelah itu, pemerintah pusat akan mempertimbangkan keterwakilan daerah di Sekolah Garuda yang dipilih. 

"Tujuannya agar hidup bercampur dan belajar hidup berdampingan dengan berbagai suku dan budaya," kata dia. 

Adapun Sekolah Garuda baru yang pembangunannya saat ini tengah berjalan berada di tiga tempat, yaitu di kota Soe Nusa Tenggara Timur, Bangka Belitung,  dan Nabire Papua Tengah. Stella mengatakan Sekolah ini akan beroperasi di tahun ajaran 2026/2027. 

Stella menjelaskan sekolah ini akan menampung sebanyak 160 siswa per angkatan. Nantinya, pemerintah akan menanggung penuh biaya pendidikan untuk 80 persen siswa. Sementara 20 persen siswa lainnya akan dikenakan biaya mandiri. "Jadi diharapkan semua bisa hidup berdampingan antara siswa dari ekonomi bawah dan ekonomi atas," tutur Stella. "Karena akan tidak efektif siswa dengan ekonomi atas ditanggung oleh negara."

Dede Leni Mardianti

Lulusan Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Universitas Islam Negeri Salatiga pada 2024. Bergabung dengan Tempo pada 2024 meliput isu hukum dan kriminal. Kini meliput isu ekonomi dan bisnis

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus