Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu siswa Indonesia yang diterima di University of Pennsylvania, Arkan K, mengungkapkan esai jadi salah satu kunci utama dalam aplikasi kampus Ivy League atau unggulan di Amerika Serikat. Arkan yang juga diterima di 2 kampus asing lainnya, yakni Johns Hopkins University (JHU) dan University of California (UC) Berkeley, menjelaskan tips atau langkah yang membuatnya bisa diterima oleh Ivy League.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Walau dalam kurikulum nasional siswa jarang menulis esai lantaran terbiasa dengan soal pilihan ganda, Arkan melanjutkan, ada beberapa tips yang bisa diikuti agar lolos tahapan seleksi kampus bergengsi dunia. Lantas apa saja tips jitu menulis esai dari siswa yang lolos Ivy League? Simak selengkapnya berikut ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Buat Poin Utama
Menurut Arkan, untuk menulis esai yang paling adalah membuat poin utama atau main point. Dia mencontohkan, dalam esai yang membahas tentang diri sendiri, sebaiknya dipisah menjadi 3 hingga 4 bagian.
"Nanti ada bagian pertama itu menjelaskan aku, background dari apa. Kedua misalkan aku passion-nya apa, 3 itu aku udah ngapain aja. Lalu 4 itu cita-citaku apa aja," kata Arkan dalam talkshow The Ivy League Fest yang diselenggarakan Crimson di Jakarta, Sabtu, 20 April 2024.
Arkan melanjutkan, tips ini penting untuk mengatasi writer's block atau kehilangan ide tiba-tiba saat menulis. Menurut dia, dengan hal ini, dia bisa kembali mengingat dan melanjutkan esainya karena sudah ada konsep awal berupa poin utama tadi.
2. Jujur dan Personal
Tips ini penting karena terkadang siswa akan terlalu lama berpikir saat diberi materi esai. Peserta cenderung menulis hal-hal yang sekiranya akan disukai oleh admission officer, atau panitia penerimaan mahasiswa baru kampus asing.
Misalnya saat menjelaskan nilai dalam diri. Dia menegaskan agar sebaiknya membuat esai yang jujur dan personal. "Ketika melihat ke diri kita sendiri hal-hal yang kecil seperti suka suka nonton bola, ini bisa dicari nilai-nilai yang kita dapat dari nonton bola itu apa aja. Misalnya jadi membangun teamwork atau mau berkomitmen ke satu hal," tuturnya.
Arkan menjelaskan bahwa perguruan tinggi di Amerika Serikat lebih menyukai calon mahasiswa yang personal. Sebab, hal ini jadi poin tersendiri yang membuat siswa unik dan berbeda dari peserta lainnya.
3. Perdalam Kualitas Diri
Kemudian, dari contoh kecil yang personal tadi, siswa bisa merefleksi kembali kegiatan apa yang sering dilakukan untuk mengubah pola pikir. "Gimana itu mentransformasi cara pandang kita ke dunia jadi esai yang bagus adalah rich, profound dan personal. Jadi tidak hanya menunjukkan karakter-karakter bagus hanya untuk diterima tapi benar-benar jadi diri sendiri."
Arkan mengingatkan agar tidak berbohong hanya untuk membuat esai yang bagus. Terlebih, jika siswa tidak menjalani langsung pengalaman tersebut. Sebab, kampus akan mengetahuinya dengan membaca dari tulisan tersebut karena pengalaman-pengalaman tadi tak sesuai dengan kualitas diri.
Membahas karakter kuat yang tak kalah penting, dia mengingatkan agar tak perlu menuliskannya terlalu banyak. Satu karakter kuat yang jadi kualitas diri sebaiknya penting untuk digali dibandingkan tiga sampai lima karakter tapi sulit untuk dijabarkan.
"Terkadang cukup satu topik saja, bahkan satu kita expand, terus jadi suatu esai yang deep. Kalau terlalu banyak tapi di-expand seluas mungkin nah kadang proses itu yang susah jadi kita harus sering-sering latihan," ujarnya.