Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

8 Siswa Indonesia Raih 13 Medali di Olimpiade Ilmu Kebumian Internasional 2023

Delapan siswa dari berbagai wilayah di Indonesia menyabet 13 medali di ajang olimpiade ilmu kebumian IESO ke-16.

1 September 2023 | 10.11 WIB

Para siswa yang mewakili Indonesia dalam ajang International Earth Science Olympiad 2023. Dok. Puspresnas
Perbesar
Para siswa yang mewakili Indonesia dalam ajang International Earth Science Olympiad 2023. Dok. Puspresnas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Siswa-siswi Indonesia berhasil menyabet 13 medali dan 15 penghargaan di ajang olimpiade ilmu kebumian internasional atau International Earth Science Olympiad (IESO) ke-16 yang digelar secara daring di India pada 20 – 26 Agustus 2023. Delapan siswa dari ini tergabung dalam Tim Olimpiade Ilmu Kebumian Indonesia (TOIKI).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tiga belas medali yang berhasil mereka dapat, terdiri dari satu medali emas, empat medali perak, dan delapan medali perunggu. Selain itu, mereka memenangkan 15 penghargaan khusus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hendarman menyampaikan apresiasinya kepada siswa-siswi perwakilan Indonesia di ajang IESO ke-16. “Selamat atas capaian prestasi yang diraih oleh adik-adik. Jadikan pengalaman di ajang internasional untuk memacu diri untuk selalu berprestasi di masa mendatang,” kata dia dikutip dari situs Puspresnas.

Di ajang IESO ke-16, siswa-siswi Indonesia bersaing dengan 29 negara dalam memperoleh medali. Ada empat kategori lomba di IESO tahun ini, yaitu Data Mining Test (DMT), National Team Field Investigation (NTFI), Earth System Project (ESP) dan Art in Science.

Anggota tim datang dari sekolah-sekolah berbeda di berbagai wilayah Indonesia. Saifurrohman Ar Robbani dari MAN Insan Cendekia Pasuruan meraih medali perunggu pada Data Mining Test dan National Team Field Investigation, serta mendapat predikat special mentions atau excellence pada perlombaan Art in Science.

Rekannya, Ammara Shifa Andini dari MAN 2 Kota Malang meraih predikat very good dan medali perunggu pada National Team Field Investigation dan Earth Science Project, serta predikat good pada kategori Pledge. Sementara itu, Muhammad Nabhan Dzaki Aufar dari SMA Al-Kautsar Bandar Lampung membawa pulang tiga medali perunggu dari perlombaan Data Mining Test, National Team Field Investigation, dan Earth Science Project, serta mendapatkan predikat excellent pada perlombaan Art in Science.

Selanjutnya, Naufal Hafidz Sayyidina Hawari dari SMAN 1 Glagah Banyuwangi mendapat predikat very good pada Data Mining Test, medali perunggu pada National Team Field, dan predikat very good pada Art in Science. Kevin Andreas dari SMA Darma Yudha Pekanbaru mendapat predikat good pada Data Mining Test dan excellent pada Art in Science.

Felicia Ovelia Kurniawan dari SMA Kristen Immanuel Pontianak mendapatkan medali perak pada Data Mining Test, Earth Science Project, predikat good pada Art in Science, dan predikat very good pada Pledge. Reyhan Adhiguna Pamungkas dari SMA Kesatuan Bangsa Yogyakarta mendapat medali perak pada Data Mining Test dan medali emas pada Earth Science Project, serta predikat very good di Art in Science.

Terakhir, Celine Tania Wijaya dari SMA Kristen Petra 2 Surabaya mendapat predikat very good pada Data Mining Set, medali perak pada Earth Science Project, dan predikat excellent pada Art in Science.

Sebelumnya, kedelapan siswa-siswi berprestasi tersebut merupakan yang terbaik berdasarkan hasil seleksi pada bidang Ilmu Kebumian di Olimpiade Sains Nasional (OSN) tahun lalu yang diselenggarakan oleh Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI). Mereka menempuh proses seleksi yang ketat dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga ke tahap nasional. Kemudian, proses dilanjutkan dengan pembinaan dan seleksi yang diselenggarakan oleh Puspresnas. 
 
“Ajang IESO telah memberikan pelajaran berharga bagi kami tentang pentingnya mengintegrasikan berbagai sudut pandang guna merespon persoalan yang kompleks. Lebih istimewanya, IESO merupakan kompetisi ilmiah yang unik karena mewadahi bentuk kompetisi berkelompok,” ujar Naufal, perwakilan dari SMA 1 Glagah Banyuwangi.

Selain itu, Naufal bersyukur dan belajar tentang pentingnya kolaborasi dalam sebuah tim. “Dalam prosesnya, kami tidak hanya memperdalam kemampuan bekerja sama, tetapi juga mengasah ketangguhan dalam menghadapi berbagai hambatan yang mungkin timbul di dalam kelompok kami,” ujarnya.
 
IESO merupakan ajang kompetisi pelajar pra-perguruan tinggi untuk bidang ilmu kebumian yang meliputi pengetahuan terkait geosfer (geologi dan geofisika), hidrosfer (hidrologi dan oseanografi), atmosfer (meteorologi dan klimatologi), dan astronomi (sains keplanetan).

Nabiila Azzahra

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini menjadi reporter Tempo sejak 2023 dengan liputan isu internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus