Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SABTU siang pekan lalu, Ratna Sari Dewi Soekarno, 37 tahun,
makan siang di restoran Jayakarta hotel Sari Pacific, Jakarta,
bersama anaknya, Kartika, 11 tahun. Mereka ditemani oleh Guntur
dan isterinya, Henny (lihat: Pokok & Tokoh).
Dua jam sebelumnya, jam 11, sedianya ia memberi wawancara pers
di hotel Aryaduta Ambassador Hyatt -- tapi batal. Dan Dewi lebih
suka mengurung diri di kamar 1402 dari hotel milik wartawan B.M.
Diah itu.
Katanya kepada TEMPO: "Saya akan ke Blitar dua atau tiga hari
lagi, 13 September." Selain menyatakan merasa sudah kangen
dengan kakak iparnya, Ibu Wardoyo, anaknya, Kartika, perlu
mengunjungi makam Bung Karno di sana, yang sampai saat ini
sedang dalam proses awal pemugaran.
Memang, 10 Agustus lalu, delapan calon pemborong diundang untuk
meninjau lokasi makam di Blitar. Dan seminggu kemudian, di
Jakarta, kepada mereka diperagakan disain kompleks makam
proklamator itu. Para pemborong diharapkan sudah mengajukan
penawarannya sebelum batas waktu 21 Agustus. Belum sebulan,
sudah keluar pemborong yang menang tender: PT Bangun Tjipta
Sarana, Jakarta, yang dipimpin oleh ir. Siswono -- putera
almarhum dr. Suwondo yang semasa hidupnya dikenal sebagai salah
seorang Wagub DKI dan tokoh PNI.
Menurut Siswono, tender itu dilakukan sebulan lalu. Tapi
keputusan pemenangnya baru 1 September lalu, dengan harga Rp 247
juta. Itu barulah harga untuk bangunan sipil. Tapi pemenang
tender juga mengkoordinir 4 kontraktor lain yang menggarap
pekerjaan masing-masing.
Menurut Siswono pula, pemugaran makam tersebut harus sudah
selesai sebelum peringatan ulang tahun Bung Karno 6 Juni 1979.
"Sebab peresmiannya akan dijatuhkan tepat pada peringatan hari
ulang tahun tersebut," ujar Siswono kepada TEMPO lewat telepon.
Adapun disainnya dimenangkan oleh sebuah tim dari Biro Arsitek
PT Gumarna, Jakarta. Gumarna yang berdiri sejak 1961 ini antara
lain juga pernah mendisain bangunan mesjid dan gereja di TMII
serta bangunan kampus Universitas 11 Maret di Sala. Disain Makam
Bung Karno dari PT Gumarna yang telah disetujui oleh Presiden
Soeharto 6 Juni lalu itu juga sempat diperagakan dalam Pameran
Pembangunan Kabupaten Blitar 12-14 Agustus lalu.
Cungkup
Akan halnya makam Bung Karno sendiri sejak pertengahan Juli lalu
sudah tidak bisa diziarahi lagi. Sekeliling kompleks bekas
Taman Makam Pahlawan (TMP) ini sudah dipagari seng rapat
setinggi 2,5 meter dengan cat warna oranye. Dalamnya, hanya
tinggal nisan Bung Karno serta kedua orang tuanya. Nisan Bung
Karno yang selama ini dalam keadaan terbuka sekarang sudah
terlindung cungkup sementara terbuat dari kayu. "Pembuatan
cungkup sementara dan pemagaran itu dikerjakan oleh PT Brantas
Blitar dengan biaya Rp 4.475. 000," kata ir Sudarmadi, Wakil
Kepala DPU Ja-Tim yang juga anggota Direksi bidang pengawasan
proyek.
Ternyata kompleks makam jauh lebih luas dari TMP sebelumnya.
Untuk mencapai luas 4.800 mÿFD seperti yang direncanakan, tanah
penduduk yang ada di sebelah selatan seluas 1.882 mÿFD sudah
dibeli. Dan karena letaknya yang lebih rendah, diperlukan
1.400 m3 pasir untuk menguruknya.
Menurut disainnya, dalam kompleks ini nanti akan ada 5
bangunan, dua di halaman dan tiga lainnya di "dalam". Dekat
pintu masuk ada bangunan untuk penerangan merangkap tempat
juru kunci. Bangunan lainnya tempat istirahat. Halaman yang
ditanami pohon-pohon rindang juga akan berfungsi sebagai
tempat parkir.
Antara halaman dengan kompleks utama dipisahkan pagar beton
berlapis mozaik. Di tengah pagar ada gapura. Seorang yang
berdiri di tengahnya akan melihat bangunan paseban berukuran 6 x
15 meter di sebelah kanan. Sebelah kiri ada mesjid berukuran 9 x
9 meter. Di tengah kedua bangunan itu terletak cungkup makam
Bung Karno dan kedua orang tuanya. Atapnya bersusun tiga terbuat
dari "sirap tembaga". Di puncak hubungan ada mustoko (kepala
bangunan) mirip genta terbuat dari perunggu. Lalu penangkal
petir. Masing-masing atap diakhiri dengan talang yang tertutup
ukiran tembaga.
Lantai cungkup terbuat dari marmer. Tepat di tengah lantai ini
nisan Bung Karno berada. Ukurannya, panjangnya 2,34 meter dan
lebar 1,17 meter. Ukuran nisan ayah dan ibundanya yang
mengapitnya lebih kecil, 1,80 x 0,90 meter. Lalu di mana letak
marmer yang bertuliskan "Di sini beristirahat ....." ? Marmer
utuh ini akan diletakkan di sebelah "atas" (sebelah utara) nisan
Bung Karno.
Ketiga nisan ini terletak dalam ruangan berdinding kaca bening
setebal 25 mm seluas 11 x 11 meter. Ada 3 pintu, juga terbuat
dari kaca yang sama, dari tiga arah. Pengunjung yang ingin
berdoa cukup duduk bersimpuh di lantai marmer di luar dindin
kaca ini. 4 tiang beton berlapis ukiran perunggu dengan
penyangga marmer menyangga atap bangunan ini. Sebuah lampu
dengan kap tembaga, bersusun empat mirip kelopak bunga,
tergantung tepat di tengah plafon ruangan nisan.
Sekeliling cungkup masih ada yang bisa dilihat. Di halaman
belakang akan ditanam pohon beringin yang rindang sedang di
depan akan ditanam dua pohon nyiur. Di sebelah barat akan
ditanam dua jenis bunga, mawar di bagian utara dan melati di
selatan. Karena menanamnya berhimpitan, agaknya diharapkan kalau
kebetulan berbunga bersama, akan terlihatlah warna merah putih.
Jadi akan ada pohon yang rindang (beringin), batu (marmer)
bertuliskan kata-kata pesan dan warna merah putih (bunga).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo