Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berkumpullah, Demi Pancasila

Pengusaha-pengusaha baik non-pri maupun pri di tatar selama 8 hari. terdapat Willem surjadjaja, liem soei liong, ir. ciputra, dll.

1 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HANYA ada satu pemberitahuan kecil di papan pengumuman yang terletak di beranda Hotel Indonesia Sheraton Senin pagi lalu "Penataran P-4 untuk pengusaha swasta". Namun yang di Ruang Ramayana hotel itu bukan sembarang pengusaha. Boleh dibilang hampir semua pengusaha kelas kakap "non-pri" muncul. Tampak hadir antara lain Sudono Salim (Liem Soei Liong) dari Kelompok Waringin, Willem Surjadjaja dari Kelompok Astra, Adil Nurimba dari Gesuri Lloyd, Ir. Ciputra dari Kelompok Jaya, Mochtar Riadi dari Bank Central Asia, Yan Darmadi sampai P. K. Oyong dari Kelompok Gramedia -- Harian Kompas. Suasananya santai dan ramah. "Hei Will, priye kabare (apa kabar)?", sapa Liem Soei Liong dalam bahasa Jawa logat Semarang pada Willem Surjadjaja. Sambil mengulurkan tangan, yang disapa menyahut "beres". Keduanya lalu berangkulan. Liem Soei Liong pagi itu tampaknya memang menjadi bintang. Selain kepada Mensesneg Sudharmono yang membuka penataran, banyak pengusaha -- terutama yang muda -- yang menemui dan menjabat tangan Liem. Tokoh yang jarang kelihatan ini, selain berbahasa Cina, biasa menyapa teman-temannya dalam bahasa Jawa. Diikuti 252 peserta -- 30 di antaranya pengusaha pribumi -- serta 14 pengamat, inilah penataran P-4 tingkat nasional yang pertama diselenggarakan khusus buat para pengusaha swasta. Yang memberikan penataran adalah BP-7 sedang panitia penyelenggaranya sendiri terdiri dari para tokoh seperti Harry Tjan Silalahi, K. Sindhunata, Kwik Kian Gie, Sofjan Wanandi, Njoo Han Siang, J. Panglaykim dan Lie Tek Tjeng. Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa (Bakom PKB) turut mempersiapkan penataran ini sedang Kadin secara resmi menghubungi para pengusaha. Itu sebabnya Ketua Umum Kadin Pusat Hasjim Ning dan Sekjen Ali Noor Luddin ikut ambil bagian dalam penataran ini. Semua peserta adalah pemilik atau direktur suatu perusahaan, 160 orang di antaranya datang dari Jakarta. "Yang datang adalah yang memegang keputusan masing-masing perusahaan. Bukan pegawai atau wakil saja," kata Harry Soeharto, Ketua BP-7 pada A. Margana dari TEMPO. Di meja tiap peserta, terpasang n:una masing-masing. Nama kelahiran menghadap ke depan, sedang nama baru menghadap pemiliknya. Bobot dan pentingnya acara ini tampak dari daftar nama penceramah. Tak kurang dari 9 menteri, antara lain Menko Panggabean, Ali Moertopo, J.B. Sumarlin, Widjojo Nitisastro, A.R. Soehoed dan Radius Prawiro, serta Pangkopkamtib Sudomo yang akan memberikan ceramah atau makan malam bersama para pengusaha ini. Sebelum penutupan oleh Mendagri Amirmachmud Sabtu pagi mendatang para peserta akan menemui Presiden Soeharto di Istana Negara. "Orang-orang ini kan biasanya hanya cari uang saja. Tidak gampang mengumpulkan seperti ini," ucap K. Sindhunata, tetua Bakom PKB Senin lalu. Sambil menghirup kopi katanya pula "Selama ini pengusaha non-pri kurang bisa dirangkum oleh pemerintah karena tidak ada jalur komunikasi. Penataran ini penting, karena mereka berperan besar sekali dalam ekonomi." Sindhunata menolak anggapan penataran khusus ini bakal lebih mengeksklusifkan mereka. Walau diakuinya "Kalau diteruskan begini memang berbahaya, dan pemerintah juga mengatakan yang semacam ini hanya sekali saja," ujarnya pada wartawan TEMPO Bachrun Suwatdi. Biaya Sendiri Harry Soeharto sendiri membantah penataran ini khusus buat pengusaha non-pri". Ia menunjuk ada 30 pengusaha pribumi yang menjadi peserta. Selain P-4, materi penataran juga mengenai masalah pembauran serta Keppres 14. "Itu kami manfaatkan. Mumpung sedang kumpul. Masalahnya tidak gampang mengumpulkan pengusaha sebanyak ini," ujar Harry. Namun penataran kali ini berbeda dengan yang diselenggarakan buat para pegawai negeri dan ABRI yang berlangsung selama 2 minggu. Para pengusaha tidak perlu latihan pidato seperti calan penatar dan benar-benar hanya menjadi peserta. Selain harus mengikuti penuh acara ceramah dan diskusi selama 8 hari para peserta juga mendapat tugas membuat paper. Apa tidak sulit nanti buat mereka? "Kan ada yang muda-muda," jawab Willem Surjadjaja, kakek dari 2 orang cucu ini berkelakar. Mereka yang umumnya masih sulit berbahasa Indonesia -- apalagi untuk menulis -- memang didampingi para asisten mereka yang muda-muda. Tentang alasan mengapa pengusaha "non-pri" juga harus ditatar P-4, Mensesneg Sudharmono dalam pidato pembukaannya menegaskan bahwa mereka perlu menerima kenyataan tentang masyarakat Indonesia yang mempunyai ideologi Pancasila. "Tidak akan dapat hidup, siapa pun yang tidak mempunyai kaitan dengan masyarakat dan lingkungannya," katanya. Negara sendiri, kata Sudharmono pula, telah menerima Pancasila sebagai penjamin keadaan masyarakat yang tenteram dan sejahtera. Sambutan para pengusaha sendiri? "Kami-kami ini hampir tidak pernah mendapat penataran semacam ini. Pancasila perlu juga bagi kami," kata Sutopo Yananto, pimpinan P.T. Berkat Grup Liem Soei Liong sendiri tidak bersedia memberi komentar tentang manfaat penataran ini baginya. "Pokoknya saya akan mengikuti penuh penataran ini. Saya benar-benar libur 7 hari penuh supaya bisa memusatkan perhatian ikut penataran," ujarnya. Siapa yang akan mengendalikan perusahaannya selama itu? "Tidak ada soal. Manajemen tetap berjalan lancar. Kalau perlu mereka bisa mengontak saya di sini," sahutnya. Hampir separuh peserta, terutama yang dari luar kota, tinggal di Hotel Indonesia Sheraton. Tiap peserta harus membayar Rp 150.000 untuk biaya makan dan penataran, sedang biaya perjalanan dan penginapan ditanggung sendiri. Ada juga peserta yang dibiayai pemerintah daerah. "Mereka kan juga punya kepentingan untuk mempancasilakan pengusahanya," kata Harry Soeharto. Atau seperti kata seorang anggota panitia, para pengusaha kelas kakap yang pengetahuan kewarganegaraaanya masih tingkat T.K. sudah waktunya untuk ditatar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus