Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM Taruna Ikrar membeberkan efek samping yang akan dialami oleh partisipan uji klinik tahap 3 vaksin tuberkulosis (TBC) M72. Vaksin ini dikembangkan oleh Gates Foundation, perusahaan milik konglomerat Bill Gates.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Taruna menjelaskan, kandidat vaksin TBC ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi di atas 50 persen. Kendati begitu, menurut dia, vaksin ini tetap memiliki efek samping sebagaimana vaksin pada umumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Efek samping yang diperlihatkan memang ada demam, ada peningkatan suhu pada awal dan itu sama dengan vaksin pada umumnya," ujar Taruna saat ditemui usai menerima kunjungan dari Gates Foundation di Jakarta, Kamis, 15 Mei 2025.
Dia menjelaskan, BPOM bersama dengan tim independen dari Komite Nasional Evaluasi Obat telah melakukan evaluasi ilmiah untuk mengawasi pelaksanan clinical trial tahap 3. Tim evaluasi terdiri dari para profesor ahli dari berbagai universitas terkemuka, seperti Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung.
Berdasarkan evaluasi yang ketat itu, Taruna menyebut semua tahapan uji klinik vaksin yang didanai filantropi asal Amerika Serikat itu terbukti ditempuh sesuai dengan prosedur. Oleh karena itu, BPOM secara resmi memberikan persetujuan kepada perusahaan.
"Yang jelas bahwa BPOM telah memutuskan memberikan approval terhadap uji klinis fase 3 ini," ujar dia.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, sebanyak 2.095 warga Indonesia dari kelompok usia remaja hingga dewasa telah menerima vaksin ini. Uji klinis vaksin TBC dilakukan mulai 3 September tahun lalu di beberapa rumah sakit ternama, di antaranya RSUP Persahabatan, RS Islam Cempaka Putih Jakarta, RS Universitas Indonesia (RSUI), Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) Bandung, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya mengungkapkan pertimbangan pemerintah menyetujui vaksin tuberkolosis ini diuji klinik di Indonesia adalah karena Indonesia termasuk negara dengan jumlah penderita TBC terbanyak kedua di dunia.
Pertimbangan lain, pemerintah ingin mengetahui terlebih dahulu kecocokan vaksin tersebut dengan masyarakat Indonesia. Sebab keampuhan vaksin biasanya bergantung juga dengan genetik masyarakat sebagai penerima vaksin.
Selain itu, Indonesia juga dapat menjadi tempat produksi setelah vaksin tersebut resmi diproduksi secara massal dan digunakan. "Itu kenapa kami melobi untuk memastikan Indonesia masuk menjadi clinical trial," kata Budi saat rapat kerja bersama Komisi bidang Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat di Senayan, Jakarta, Rabu, 14 Mei 2025.
Pilihan Editor: Beda Vaksin Bill Gates dan Vaksin TBC Lain. Apa Saja?