Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

BSSN Jelaskan Kronologi Serangan Siber ke Pusat Data Nasional

Serangan siber terhadap Pusat Data Nasional disebut sudah mulai terjadi sejak 17 Juni lalu.

24 Juni 2024 | 20.59 WIB

Badan Siber dan Sandi Negara. Foto : BSSN
Perbesar
Badan Siber dan Sandi Negara. Foto : BSSN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Ariandi Putra mengatakan gangguan yang terjadi pada Pusat Data Nasional berupa serangan siber dalam bentuk ransomware. Serangan itu disebut sudah mulai terjadi sejak 17 Juni lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"BSSN menemukan adanya upaya penonaktifkan fitur keamanan Windows Defender yang terjadi mulai 17 Juni 2024 pukul 23.15 WIB sehingga memungkinkan aktivitas malicious dapat berjalan," kata Ariandi dalam keterangannya, Senin, 24 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ariandi menjelaskan ransomware itu bekerja dengan cara menonaktifkan Windows Defender (sistem keamananan) guna mengizinkan file berbahaya terpasang pada sistem. Selanjutnya, ransomware mulai masuk pada 17 Juni dan aktivitas mencurigakan mulai terdeteksi pada 20 Juni 2024 pukul 00.54.

Aktivitas mencurigakan itu di antaranya mengizinkan file malicious terpasang pada sistem, menghapus file penting, dan mematikan service yang sedang berjalan. File yang berkaitan dengan storage seperti VSS, Hyper V Volume, VirtualDisk dan Veaam vPower NFS mulai dinonaktifkan dan tidak bisa berjalan.

"Tepatnya Windows Defender berhasil dilumpulkan pada tanggal 20 Juni 2024 pukul 00.55 sehingga tidak bisa lagi beroperasi," kata Ariandi.

Sampai saat ini, menurut Ariandi, tim BSSN masih terus berupaya menginvestigasi secara menyeluruh pada bukti forensik walau dengan segala keterbatasan alat bukti yang didapat. Terbatasnya tim BSSN dalam mengidentifikasi alat bukti karena alat bukti yang terkunci oleh ransomware.

Meski begitu, Ariandi mengatakan BSSN telah berhasil menemukan sumber serangan ransomware dengan nama Brain Chipper Ransomware yang merupakan pengembangan dari ransomware lockbit 3.0. Untuk selanjutnya sampel ransomware akan dilakukan analisis lebih lanjut dengan melibatkan institusi kemananan siber lainnya.

Menurut Ariandi, BSSN akan menjadikan insiden yang sedang terjadi ini sebagai pelajaran penting ke depannya dan mengupayakan mitigasi agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di waktu yang akan datang.

Gangguan pada PDN telah menyebabkan sejumlah layanan pemerintahan terganggu. Salah satu yang terdampak cukup parah adalah keimigrasian.

Pada 20 Juni lalu, terjadi antrian panjang pada layanan keimigrasian di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Karena gangguan pada sistem, layanan keimigrasian terpaksa dilakukan secara manual sehingga membuat pelayanan lebih lambat.

Adapun saat ini, Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Silmy Karim menyatakan layanan imigrasi terpantau berangsur pulih. Pihaknya memutuskan untuk memindahkan data center. Keputusan tersebut diambil setelah 12 jam sejak gangguan pada PDN

“Umumnya permasalahan teknis bisa terselesaikan dalam hitungan satu sampai tiga jam. Ketika sudah melebihi enam jam maka kami menyimpulkan bahwa ini pasti ada serangan lebih dari permasalahan teknis semata, misalnya masalah yang ditimbulkan oleh serangan siber," kata Silmy, Senin.

Silmy mengatakan tidak bisa menunggu PDN pulih karena imigrasi menyangkut banyak kepentingan publik. Pihaknya lebih memprioritaskan layanan bisa kembali normal agar masyarakat yang akan melintas dan masuk wilayah Indonesia dapat terlayani dengan baik.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus