Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Cerita Nyantri Mbah Moen dan Kesetiaan di PPP

Mbah Moen merupakan tokoh politik senior di PPP. Merintis pondok pesantren.

7 Agustus 2019 | 07.02 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (kedua kanan), Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (kedua kiri), Ulama KH Maimun Zubair (ketiga kanan) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kedua kanan) hadir dalam Haul Gus Dur ke-9 di kediaman Gus Dur di Jalan Warung Sila, Ciganjur, Jakarta, Jumat, 21 Desember 2018. ANTARA/Galih Pradipta
Perbesar
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (kedua kanan), Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (kedua kiri), Ulama KH Maimun Zubair (ketiga kanan) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kedua kanan) hadir dalam Haul Gus Dur ke-9 di kediaman Gus Dur di Jalan Warung Sila, Ciganjur, Jakarta, Jumat, 21 Desember 2018. ANTARA/Galih Pradipta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Wafatnya Maimun Zubair alias Mbah Moen meninggalkan duka mendalam bagi pelbagai pihak di tanah air. Bukan cuma dikenal sebagai ulama karismatik, ia juga tokoh yang berkontribusi menentukan haluan politik lokal maupun nasional selama ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Karir politik Maimun merentang panjang. Dilansir dari website nu.or.id, ulama kelahiran Sarang, Rembang, Jawa Tengah pada 28 Oktober 1928 ini pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Rembang selama tujuh tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Maimun juga pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat utusan Jawa Tengah selama tiga periode. Hingga wafat, kiai sepuh itu juga didapuk sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan.

Suaranya didengar dominan baik di dalam internal partai ka'bah maupun oleh para politikus lainnya. Kala PPP hendak menggelar musyawarah kerja nasional untuk menunjuk pengganti Romahurmuziy, ketua umum yang tersangkut perkara korupsi pada Maret 2019, Maimun meminta agar seluruh jajaran partai sepakat mendapuk Suharso Monoarfa sebagai pelaksana tugas.

Wakil Ketua Umum PPP Reni Marlinawati mengatakan ulama sepuh itu sampai lima kali memohon agar para pengurus menyetujui Suharso sebagai Plt Ketua Umum. "Sekali ini saja, saya mohon disepakati," ujar Reni menirukan ucapan Maimoen saat ditemui di Hotel Seruni, Bogor pada Rabu malam, 20 Maret 2019.

Di luar PPP, Mbah Moen juga menjadi tempat sowan para politikus. Saat pemilihan gubernur Jawa Tengah 2018, Ganjar Pranowo dan Sudirman Said bersaing untuk bisa berpasangan dengan anak Mbah Moen, Taj Yasin Maimon. Ganjar yang akhirnya bisa menggandeng Taj Yasin memenangkan pilgub.

Maimun juga seolah menjadi "rebutan" oleh dua kandidat presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Pada 2014, Mbah Moen mendukung Prabowo-Hatta Rajasa, sebagaimana PPP juga mengusung pasangan tersebut. Pilpres 2019, Mbah Moen mendukung Jokowi dan Ma'ruf Amin.

Maimun Zubair merupakan anak dari Kiai Zubair Dahlan, seorang alim dan faqih, murid dari Syekh Saíd al-Yamani serta Syekh Hasan al-Yamani al-Makky. Maimun muda menghabiskan waktunya belajar agama di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Ia nyantri di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim, serta mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.

Pada umur 21 tahun, Maimun Zubair bertolak ke Makkah, Arab Saudi dengan didampingi kakeknya, Kiai Ahmad bin Syuáib. Di Makkah, Maimun mengaji kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly, dan beberapa ulama lainnya.

Sepulang dari Makkah, Maimun juga mengaji kepada beberapa ulama di Jawa, di antaranya Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain.

Mulai 1965, Maimun fokus mengembangkan Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang. Pesantren ini kemudian menjadi rujukan para santri dalam belajar kitab kuning dan turats (kitab yang berisi buah pikiran dari ulama terdahulu yang diwariskan dari generasi ke generasi) secara komprehensif.

Selain bergelut di PPP, Maimun juga seorang ulama Nahdlatul Ulama. Kendati banyak tokoh NU berlabuh ke Partai Kebangkitan Bangsa ketika partai itu berdiri pada 1998, Maimun tetap bertahan di PPP. Di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Maimun menjabat sebagai Mustasyar.

Maimun Zubair juga dikenal sebagai ahli fiqih. Banyak pihak juga mengenangnya sebagai sosok yang nasionalis dan meneduhkan di tengah hingar bingar politik yang diwarnai konflik identitas.

"Kepergian Mbah Moen tidak hanya kehilangan bagi PPP maupun NU, tidak juga hanya kehilangan bagi umat Islam, tapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia," kata Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Gomar Gultom kepada Tempo, Selasa, 6 Agustus 2019.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus