Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dari Ambon sampai Don Muang

Operasi pembebasan pesawat garuda dc-9 "woyla" di lapangan terbang don muang, thailand oleh pasukan anti teroris indonesia. nama para perwira generasi muda naik. (nas)

11 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HERMAN Rante, 38 tahun, akhirnya gugur sebagai pahlawan setelah lima hari berjuang melawan maut di Rumah Sakit Bhumipol Bangkok. Kapten Pilot DC-9 Woyla yang dibajak pekan lalu itu meninggal dunia hari Minggu pagi lalu. Ia tak pernah sadar selama dirawat di rumah sakit. Peluru salah seorang pembajak yang bersarang di otaknya telah menewaskan dia. Dengan suatu upacara militer Senin siang lalu jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Herman merupakan korban kedua. Korban pertama, Leman Satu (Anumerta) Achmad Kirang, 40 tahun, dimakamkan di TMP Kalibata Rabu pekan lalu. Anggota pasukan khusus anti teroris ini juga gugur karena tembakan pembajak dalam operasi pembebasan pesawat Garuda beserta penumpangnya di Lapangan T'erbang Don Muang Selasa pagi pekan lalu. Seorang warga negara Amerika Serikat, Schneider, yang luka akibat tembakan pistol pembajak tatkala mencoba melarikan diri, dilaporkan telah membaik dan kini telah pindah di Singapura untuk perawatan lebih lanjut. Ko-pilot Hendhy Juwantoro yang semula diperkirakan luka ditembak pembajak, berdasar laporan penumpang berkebangsaan Inggris Wainwright yang berhasil melarikan diri, ternyata sehat wal'afiat. Beberapa penumpang memang lecet-lecet tatkala lari keluar pesawat setelah pasukan komando Indonesia menyerbu. Seorang penumpang, St. B. Sianturi, lecet telinganya tersenggol peluru. Hingga bisa disimpulkan: operasi pembebasan pesawat Garuda yang dibajak itu sangat berhasil. Dua tujuan pokok operasi tersebut tercapai: tidak menyerah pada tuntutan teroris dan sekaligus menyelamatkan jiwa penumpang. Disambut kembali di Jakarta sebagai pahlawan pembebas, satuan Kopassandha yang bahkan telah menaikkan nama Indonesia di dunia itu mendapat penghargaan: masing-masing sebuah Bintang Sakti dan kenaikan pangkat satu tingkat. Komandannya, Sintong Panjaitan, 38 tahun, lulusan AKABRI 1961 -- kini Kolonel dan jadi buah bibir yang dikagumi. Jalannya operasi pembebasan itu telah banyak dilaporkan. Namun bagaimana penyusunan siasat melawan usaha pembajakan tersebut? Sabtu siang 28 Maret itu seorang perwira menengah ABRI datang membawa berita kawat dari Jakarta pada Asisten Intelijen Hankam Letjen Benny Moerdani yang kebetulan sedang makan siang bersama Menhankam Jenderal Jusuf. Waktu itu mereka ada di Ambon menghadiri Rapim ABRI 1981. Isi berita: pesawat DC-9 Garuda dibajak. Menhankam kemudian memberikan mandat penuh pada Beny untuk menyelesaikan masalah itu. Sebelum berangkat meninggalkan Rapim, beberapa perwira menyalami Benny. Seorang jenderal yang dikenal "tidak keras" secara emosional berpesan pada Benny agar jangan sekali-kali melakukan kompromi dengan pembajak, sekalipun keluarganya misalnya, ada di pesawat tersebut. Dalam perjalanan ke Jakarta, kabarnya Letjen Benny sudah minta agar pihak Garuda menyiapkan sebuah pesawat DC-10 dan juga agar dua pesawat DC-9 disiagakan. Sabtu siang itu juga berita pembajakan tersebut dilaporkan Dirjen Perhubungan Udara Sugiri pada Presiden. Presiden menggariskan kebijaksanaan pemerintah Indonesia tak akan menyerah pada tuntutan pembajak atau teroris, namun sedapat mungkin jiwa para penumpang juga diselamatkan. Bersama Sugiri, Kepala Bakin Letjen Yoga Sugama malam itu juga berangkat ke Bangkok. Menurut laporan Dubes RI di Thailand Hasnan Habib, para pembajak mula-mula menuntut dibebaskannya 20 orang tahanan, terutama yang terlibat Peristiwa Cicendo. "Pesawat yang dibajak itu mendarat di Don Muang pukul 17.11," cerita Hasnan Habib. Semula para pembajak yang diwakili Machrizal berunding dengan Kepala Perwakilan Garuda di Bangkok, Suparno, tentang masalah pendaratan, bahan bakar dan kebutuhan lainnya. Baru setelah berbicara dengan Hasnan Habib mereka mengajukan 4 tuntutan. "Jadi tuntutan mereka berkembang, setelah melihat situasi," kata Hasnan. (TEMPO, 4 April). Misalnya mereka meminta untuk berbicara dengan Dubes Srilangka di Bangkok karena para pembajak itu bersikeras untuk terus terbang ke Kolombo. Di Jakarta sementara itu operasi untuk membebaskan sandera segera dimulai. Sabtu malam itu, seusai bertemu Presiden di Cendana, Letjen Benny mengeluarkan beberapa perintah. Pasukan Khusus Anti Teroris yang telah 3 tahun disiapkan dan terdiri dari pasukan Kopassandha, malam itu juga langsung berlatih di Lapangan Terbang Halim Perdanakusuma. Mereka rnemakai pesawat DC-9, tangga serta peralatan lain yang sama yang kemudian betul-betul dipakai dalam operasi pembebasan nantinya. Kelompok Kecil Kontak pun dibuka dengan pimpinan intelijen Bangkok. Perdana Menteri Prem semula agak berkeberatan kalau pasukan Indonesia dikirim ke Don Muang. Tapi setelah dilakukan negosiasi, baik langsung dari Jakarta maupun melalui Yoga dan Hasnan Habib di Bangkok, akhirnya mereka menyetujui juga. Kabarnya beberapa perwakilan asing yang warganya turut disandera seperti AS dan Inggris menyetujui gagasan untuk tidak berkompromi dengan pembajak. Namun setelah Benny beserta pasukan komando Indonesia sampai di Bangkok, pemerintah Prem belum bisa menyetujui kalau pihak Indonesia yang melakukan aksi penyerbuan itu. Lewat Menlu Siddhi Savetsila, Benny akhirnya bisa meyakinkan Prem: pihak Indonesia setuju pasukan komando Thailand yang melakukan operasi tersebut. Namun pemerintah Indonesia tidak menginginkan kalau di belakang hari nanti timbul anggapan seolah-olah tentara Thailand telah membunuh sekelompok Muslim Indonesia yang fanatik. Dikemukakan juga lebih mudah bagi pasukan Indonesia untuk melakukan operasi itu mengingat hampir seluruh penumpang serta pembajak berwarganegara Indonesia. Hingga tidak ada masalah bahasa kalau dilakukan operasi pembebasan. Perdana Menteri Prem agaknya bisa menerima semua alasan pihak Indonesia tadi. Maka pasukan komando Thailand lun diperbantukan sebagai pasukan pengepung. Sabtu itu juga, beberapa jam setelah embajakan, identitas para pembajak sudah diketahui. Pihak keamanan di Palembang segera menyelidiki siapa yang secara berombongan membeli tiket pesawat. Kebetulan seorang bernama Masri nomer tiketnya berurutan dengan kelima pembajak hingga nasibnya naas: dia turut dicurigai. Itu sebabnya dalam pengumuman resmi pertama yang dikeluarkan pemerintah disebutkan jumlah pembajak enam orang. Identitas para pembajak yang lebih jelas kemudian diperoleh setelah nenek llulda Panjaitan yang dibebaskan di Penang diwawancarai, pihak keamanan. Persenjataan para pembajak bisa dipastikan setelah Wainwright berhasil melarikan diri. serdasar semua informasi yang diperoleh ini kemudian rencana penyerbuan disusun dan dilaksanakan. Hasilnya kini telah menjadi sejarah. Sukses Operasi Don Muang ini kabarnya juga telah mengarlgkat tinggi penilaian para perwira senior ABRI pada kemampuan para perwira generasi muda. Yang masih menjadi tanda tanya besar: di mana Imran sekarang? Tokoh yang dianggap Imam oleh kelompoknya ini menurut suatu sumber TEMPO kini bersembunyi atau "disembunyikan" di suatu tempat. Pihak keamanan kabarnya selalu menguntit gerakan kelompok ini. Sekalipun mereka telah melakukan beberapa kegiatan yang ekstrim, pihak yang berwajib rupanya tidak terlalu khawatir mereka kelak akan bisa mencetuskan suatu revolusi di Indonesia. "Kelompok kecil itu tak akan mendapat pasaran. Selain tak sesuai dengan ajaran Islam, kegiatan mereka juga tak cocok dengan pembawaan orang Indonesia umumnya yang kurang menyukai kekerasan. Yang perlu dikhawatirkan hanya aksi teror mereka," kata seorang pejabat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus