Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Denpasar - Sistem peringatan dini merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan difabel dalam menghadapi perubahan iklim. Sekretaris Jenderal Asia Difable Forum, Moulani Rotinsulu mengatakan, sistem peringatan dini ini dapat diterapkan kepada penyandang disabilitas sensorik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Saat ini early warning system menjadi salah satu konsentrasi yang masih terus diteliti dan dikembangkan, khususnya teknologi yang dapat mendukung sistem ini, sehingga dapat diakses dengan baik oleh teman difabel," ujar Moulani saat diwawancara dalam Forum Adaptasi Perubahan Iklim Bagi Penyandang Disabilitas di Hotel Santika, Kuta, Bali, Jumat, 22 November 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kebutuhan mitigasi perubahan iklim bagi difabel diawali dengan penelitian di tiga provinsi, yakni Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Ketiga wilayah ini dipilih sebagai subjek penelitian oleh United Nations Development Programme (UNDP), ASEAN Disability Forum (ADF), dan Kementerian Lingkungan Hidup, karena mengalami masa pergantian iklim yang cukup ekstrem.
Ilustrasi disabilitas. pixabay.com
"Di Bali, NTB, dan NTT, musim panas dapat terjadi sepanjang tahun. Hanya turun hujan satu atau dua kali setahun, dan berdampak pada kekeringan," ujar Moulani. Pengalaman disabilitas dalam menghadapi perubahan iklim ekstrim, menurut Maulani yang juga menjabat Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia atau HWDI, menjadi masukan dalam menentukan sistem mitigasi perubahan iklim.
Sistem mitigasi perubahan iklim diharapkan sesuai dengan kebutuhan aksesibilitas penyandang disabilitas, sehingga dapat diterapkan secara umum atau mengadaptasi prinsip universal design.