Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini persoalan elektabilitas tokoh politik digadang-gadang. Begitupun elektabilutas partai. Tak mengherankan, karena Pemilu Pilpres relatif 3 tahun lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan elektabilitas sebagai tingkat keterpilihan yang disesuaikan dengan kriteria pilihan. Elektabilitas sering dikaitkan dengan pimpinan. Tetapi, elektabilitas sebenarnya dapat diterapkan juga pada barang, jasa, bahkan organisasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, memang biasanya elektabilitas erat kaitannya dengan seseorang, khususnya pemimpin. Hal ini karena seorang pimpinan tersebut sudah populer di kalangan tertentu yang kemudian dihubungkan dengan jabatan yang dipegang. Kepopuleran pada seorang figur sering dikaitkan dengan apa yang telah dia lakukan semasa menjabat.
Menurut Abramowitz dalam artikel yang ditulis oleh Wibowo di Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Bisnis UKDW, elektabilitas berhubungan dengan kemampuan seorang kandidat untuk mempengaruhi persepsi dari para pemilih untuk memilih dirinya pada saat waktu pemilihan dilaksanakan.
Karena elektabilitas yang erat kaitannya dengan popularitas, maka seorang yang populer memiliki elektabilitas yang tinggi. Kepopuleran dari seorang tokoh juga dapat didukung oleh adanya ekspos dari sebuah media.
Meskipun elektabilitas erat kaitannya dengan popularitas, tetapi keduanya memiliki perbedaan. Akram Nur dalam artikelnya di laman scribd.com menyebutkan bahwa elektabilitas adalah tingkat keterpilihan yang disesuaikan dengan kriteria pilihan. Elektabilitas sering dibicarakan menjelang adanya pemilihan umum. Banyak partai politik ataupun politisi yang mati-matian meningkatkan elektabilitasnya menjelang pemilihan umum agar dirinya memenuhi kriteria keterpilihan dan juga kepopuleran yang tinggi.
Sedangkan popularitas adalah tingkat keterkenalan di mata publik. Seorang yang populer belum tentu layak untuk dipilih. Dari sini, dapat ditarik kesimpulan mengapa elektabilitas berkaitan erat dengan popularitas. Seseorang yang hanya populer susah untuk dipilih karena belum tentu layak. Sebaliknya, meskipun seseorang memiliki elektabilitas, tetapi karena ia tidak populer, maka dalam pemilihan umum dia tidak akan terpilih.
NAUFAL RIDHWAN ALY