Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

KPAI Anggap Pendidikan di Barak ala Dedi Mulyadi Hanya Berdampak Sementara

KPAI menekankan pentingnya keterlibatan peran pengasuhan keluarga, dukungan dari satuan pendidikan, serta lingkungan sosial yang kondusif.

16 Mei 2025 | 11.35 WIB

Baris berbaris menuju kelas di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi di Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 7 Mei 2025.  Program pendidikan semi militer yang digagas Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ini menyerap anggaran hingga  Rp 6 miliar. Tempo/Prima Mulia
Perbesar
Baris berbaris menuju kelas di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi di Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 7 Mei 2025. Program pendidikan semi militer yang digagas Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ini menyerap anggaran hingga Rp 6 miliar. Tempo/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai pengiriman anak ke barak militer yang dilakukan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tidak memberikan dampak jangka panjang terhadap pembentukan karakter anak. Ketua KPAI Ai Maryati Solihah menyebut pendekatan bergaya militer dalam mendidik anak yang dianggap memiliki perilaku menyimpang hanya efektif dalam waktu singkat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Sejumlah kajian akademik dan riset menunjukkan bahwa penanaman karakter dengan pendekatan pendidikan militer hanya memberikan dampak sementara, terlebih jika tidak didukung oleh ekosistem pemenuhan hak yang optimal,” kata Ai Maryati dalam konferensi pers secara daring pada Jumat, 16 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kebijakan yang dilakukan Dedi itu tertuang dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 43/PK.03.04/Kesra. Program ini menyasar peserta didik dengan perilaku khusus seperti tawuran, merokok, mabuk, hingga penggunaan knalpot brong. Kebijakan ini telah direalisasikan sejak awal Mei.

KPAI menekankan pentingnya keterlibatan peran pengasuhan keluarga, dukungan dari satuan pendidikan, serta lingkungan sosial yang kondusif. Ai Maryati mengingatkan tanpa dukungan menyeluruh, anak berisiko mengalami kembali perilaku negatif meski telah mengikuti program pembinaan di barak militer.

“Perlindungan dan pendidikan karakter anak tidak bisa diserahkan sepenuhnya pada pendekatan keras dan terpisah dari keseharian mereka. Dibutuhkan ekosistem yang memastikan hak-hak anak tetap dipenuhi secara komprehensif,” ujarnya.

Sebagai bagian dari pengawasan, KPAI telah melakukan kunjungan ke lokasi program di barak militer Resimen 1 Sthira Yudha Purwakarta dan Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi, Cikole, Kabupaten Bandung Barat. Di sana, KPAI berdialog dengan peserta didik, penyelenggara program, serta dinas terkait untuk menilai langsung pelaksanaan kegiatan.

Ai mengatakan pengawasan dilakukan melalui penyebaran instrumen kepada 90 anak peserta, wawancara tertutup, serta pengamatan langsung terhadap kegiatan pelatihan, proses makan, dan kondisi sarana prasarana. Hasil awal menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap efektivitas dan dampak jangka panjang program tersebut terhadap tumbuh kembang anak.

Dinda Shabrina

Lulusan Program Studi Jurnalistik Universitas Esa Unggul Jakarta. Mengawali karier jurnalistik di Tempo sejak pertengahan 2024.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus