Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakata - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai Presiden Ketiga RI BJ Habibie layak mendapatkan hadiah nobel. Sebab, Habibie lah yang telah menjaga demokrasi di Indonesia. Fahri tak bisa membayangkan apabila Habibie salah memimpin Indonesia sewaktu menjabat presiden periode 1998-1999.
"Coba kalau Pak Habibie salah cara memimpinnya dalam 1 tahun 7 bulan bisa rusak negara kita ini," kata Fahri di rumah duka, Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, Rabu malam, 11 September 2019.
Menurut dia, Habibie dengan kebesaran jiwa, kecerdasan, dan kebaikan hatinya sudah mengantarkan bangsa ini menjadi sebuah negara yang hingga kini berdaulat, adil, serta makmur.
Dia berujar banyak hal yang bisa dipelajari dari Habibie. Salah satunya soal pentingnya menjaga keutuhan bangsa yang disampaikan di stasiun televisi beberapa bulan lalu.
"Mudah-mudahan kepergian beliau malam ini selain menyisakan duka kepada kita tapi juga mendatangkan semangat kita untuk mempelajari betapa besarnya bangsa kita dan betapa hebatnya peran beliau dalam transisi ini," ujar eks politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Habibie meninggal hari ini pukul 18.03 WIB. Beliau wafat pada usia 83 tahun setelah menjalani perawatan di ruang ICU Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta Pusat Sejak Senin lalu. Habibie meninggal karena penurunan fungsi tubuh dan gagal jantung.
BJ Habibie merupakan Presiden Indonesia saat transisi dari Orde Baru ke era Reformasi. Dia menggantikan Soeharto yang saat itu dipaksa mengundurkan diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini