Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

HUT Kota Malang ke-108, Berbagai Versi Daerah ini Disebut Malang

Hari ini, 1 April 2022, merupakan hari jadi Kota Malang yang ke-108 tahun. Bagaimana daerah ini sisebut Malang?

1 April 2022 | 18.35 WIB

Wahana bianglala di Alun-alun Batu Kota Malang pada malam hari, Senin, 15 Juli 2019. TEMPO/Abdi Purmono
Perbesar
Wahana bianglala di Alun-alun Batu Kota Malang pada malam hari, Senin, 15 Juli 2019. TEMPO/Abdi Purmono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 1 April 2022, merupakan hari jadi Kota Malang yang ke-108 tahun. Malang adalah kota terbesar kedua di Jawa Timur dan kota terbesar ke-12 di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sebagai kota besar, seperti kota-kota lain di Indonesia, Malang baru tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda. Mengutip situs Kemendagri, kota ini didirikan pada 1 April 1914, pada masa kolonial Belanda. Pada saat itu, E.K Broeveldt merupakan wali kota pertama Malang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Asal-usul penamaan Malang hingga kini masih diperdebatkan oleh para ahli sejarah. Setidaknya ada beberapa versi sejarah penamaan kota Malang.

Bangunan Suci “Malangkucecwara”

Mengutip buku Asal-usul Kota-Kota di Indonesia Tempo Doeloe, nama malang diduga bersumber dari nama bangunan suci yang tertulis di dalam dua prasasti Raja Balitung di Jawa Tengah. Dua prasasti yang dimaksud adalah Prasasti Mantyasih tahun907 dan Prasasti tahun 908 yang ditemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang.

Bangunan suci itu bernama Malangkucecwara, sebuah nama yang terdiri dari tiga kata, yakni “mala”, “angkuca”, dan “icwara” 

Kata “mala” berarti segala sesuatu yang kotor, kecurangan, kepalsuan, atau bathil. Kata “angkuca” memiliki arti menghacurkan atau membinasakan. Sedangkan kata “icwara” berarti Tuhan. Dapat dikatakan, Malangkucecwara berarti Tuhan menghancurkan yang bathil.

Namun, hingga kini bangunan suci peninggalan purbakala belum juga ditemukan. Diduga, bangunan tersebut ada di daerah pegunungan di sebelah timur Kota Malang. Ada juga yang menduga keberadaannya di daerah Tumpang di sebelah utara Kota Malang.

Kisah Kerajaan Mataram

Versi lain menyebut nama Malang berasal dari Kerajaan Mataram. Kala itu ada aksi “membantah” atau “menghalang-halangi” yang dalam bahasa Jawa berarti malang. 

Dikutip dari situs Kemdikbud, cerita bermula dari Raja Mataram, Sultan Agung yang hidup 1.600 tahun lalu. Sebagai sultan yang disegani, Sultan Agung ingin menaklukan seluruh pulau Jawa dalam satu kekuasaan Kerajaan Mataram.

Konon, Sultan Agung ingin memperluas wilayahnya hingga ke Jawa Timur dan ingin menguasai daerah Malang. Namun, penduduk setempat melakukan perlawanan. Mereka menghalang-halangi sehingga terjadilah perang besar.

Taktik yang dilakukan oleh Sultan Agung adalah dengan tidak langsung menyerang Surabaya, sebagai pusat dari Jawa Timur, tetapi dengan menaklukan kota-kota di sekeliling Surabaya termasuk Malang. 

Maka, Sultan Agung mengutus 8.000 pasukannya yang dibagi dalam 3 kelompok, yakni kelompok Jalur Lingkar Selatan, Pantura, dan jalur tengah yang dipimpin oleh Tumenggung Alap-alap. 

Tumenggung Alap-alap, yang memimpin jalur tengah melewati daerah Ngantang, merasa kesulitan dalam menempuh jalur tersebut.  Ketika pasukan Tumenggung Alap-alap mulai memasuki daerah Malang, mereka dihalangi oleh ribuan pohon tumbang yang menutupi jaur masuk menuju Malang. 

Setelah pasukan berhasil membersihkan pohon-pohon tersebut, mereka dihadang oleh pasukan daerah Malang yang dipimpin oleh Bupati Malang saat itu, Ronggosukmo. Meskipun pasukan Bupati Ronggosukmo memiliki jumlah yang lebih sedikit dari pasukan Tumenggung Alap-alap, tetapi daerah Malang berhasil dipertahankan dari serangan pasukan Mataram. 

Dengan semangat yang sangat besar, pasukan kerajaan Mataram berhasil ditumpas dengan mudah oleh pasukan Bupati Ronggosukmo. Sejak saat itu, daerah Malang Kucecwara lebih dikenal dengan nama Malang yang berarti penghalang atau yang menghalang-halangi.

M. RIZQI AKBAR 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus