Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto
menampik informasi pemberlakukan status siaga satu di Sulawesi Utara untuk mengantisipasi masuknya limpahan kelompok ISIS dari Kota Marawi, Filipina. Hal itu dipastikannya seusai menggelar rapat koordinasi dengan pemerintah daerah dan jajaran aparat Sulawesi Utara di Manado, Rabu, 14 JUni 2017 lalu.
"Tidak ada (penerapan siaga satu), jangan sampai nanti membingungkan masyarakat," ujar Wiranto saat ditemui di depan kantornya, Jakarta Pusat, Jumat, 16 Juni 2017.
Baca: Ryamizard Kurang Setuju Sulut Siaga Satu karena Krisis Marawi
Menurut dia, pemerintah hanya meningkatkan kesiagaan dan menebalkan kekuatan untuk menjaga perbatasan. Penetapan status, ujar Wiranto, hanya akan memicu keresahan di masyarakat, khususnya yang tinggal di perbatasan Indonesia-Filipina.
"Nanti kalau tingkat siaga (malah) dikait-kaitkan dengan masalah darurat dan sebagainya. Itu hanya kewaspadaan tingkat tinggi kok," tuturnya.
Wiranto mengaku tidak melihat indikasi kekhawatiran warga dalam kunjungannya ke Sulawesi Utara pada 14-15 Juni lalu. "Nggak ada (kekhawatiran), yang khawatir itu kita (di Jakarta). Mereka (warga Sulawesi Utara) biasa saja kehidupannya."
Simak: Wiranto: Ada Indikasi Marawi Dijadikan Lokasi Konvergensi ISIS
Peningkatan keamanan pun sempat diutarakan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey. "Keamanan di Sulawesi Utara siaga satu. Pengamanan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan Kabupaten Kepulauan Talaud ditingkatkan. Terlebih di kawasan pesisir pantai," kata dia, Rabu, 14 Juni 2017.
Menurut Olly, pasukan pantau dari Polri dan TNI telah bergerak ke pulau-pulau di Sulawesi Utara. TNI Angkatan Laut bahkan menyiagakan kapal perang dan kapal selam ke perairan perbatasan Filipina.
Lihat: Cegah Milisi ISIS dari Marawi, Wiranto: Perbatasan Diperketat
Pernyataan GUbernur Olly itu diamini Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Patroli udara dan laut, menurut dia, bisa menutup akses pelarian kombatan ISIS yang terdesak militer Filipina.
“TNI sudah melakukan kegiatan-kegiatan mulai dari pulau-pulau yang paling dekat, pelarian ke Tarakan, Bitung lewat Marore, Miangas, Tahuna, Sangir Talaud dan Maluku Utara, semua kita tutup," kata Gatot di kompleks Parlemen Senayan, Kamis, 15 Juni 2017 kemarin.
YOHANES PASKALIS | AHMAF FAIZ
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini